Komunitas Jadi Pintu Masuk Para Pendaki Gunung “Kaum Hawa”

Penulis: Indra - Waktu: Minggu, 23 Agustus 2015 - 07:24 AM
Credit by: Fuzzi Aggia Edelweis (semutmerah)

Purwakarta, PINews.com - Bukan menjadi rahasia umum lagi pendakian gunung menjadi salah satu kegiatan yang jumlah peminatnya meningkat tajam dalam kurun waktu 3 tahun terakhir di Indonesia. Selain karena tayangan salahsatu film, peran media sosial juga menjadi motor untuk mengkatrol peningkatan jumlah pendaki.

Banyak cara bisa diungkapkan dari pendakian gunung dan yang paling bisa diungkapkan bagi para pendaki Indonesia adalah alamnya. Yaa.. gunung-gunung di Indonesia bisa dibilang memiliki panorama alam yang tidak biasa alias sangat indah.

Ini juga yang akhirnya menyihir siapapun tidak terkecuali, untuk mencoba melakukan pendakian. Jika pada dekade 90an atau bahkan memasuki era 2000an pendakian gunung identik dengan kaum adam, kini stigma tersebut runtuh ketika anda menjejakkan kaki di berbagai gunung sekarang ini. karena anda akan bertemu dengan para kaum hawa yang tidak segan menggendong carrier, berdebu, berpeluh untuk mencapai puncak yang diinginkan.

Motivasi untuk melihat langsung dan merasakan sensasi dari kegiatan alam yang satu ini harus diakui mulai merebak, pun demikian dengan mulai menjamurnya berbagai komunitas yang memberikan wadah untuk berekspresi juga menjadi jalan bagi terus lahirnya para pendaki wanita.

Menurut salahsatu pendaki pemula Fuzzi Aggia Edelweis keberadaan komunitas bisa menjadi pintu masuk bagi para pendaki pemula untuk belajar bagaimana cara mendaki yang benar dan tidak asal-asalan.

Gadis berparas manis ini pun bercerita mendapatkan kesempatan untuk melakukan pendakian pertamanya di momen spesial yakni saat peringatan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus silam.

“Tahun-tahun sebelumnya hanya bisa lihat pengibaran yang unik di TV, kali ini aku yang langsung ikut serta di dalamnya, sangat puas dan semua jerih payah saat mendaki terbayar lunas ketika melihat merah putih dikibarkan di Puncak, ini sangat berkesan” kata Fuzzi yang sukses mengibarkan merah putih pertamanya di atas puncak Gunung Parang.

Fuzzi sendiri mengaku baru berani terjun berkecimpung di kegiatan alam setelah bergabung dengan komunitas Semut Merah. Komunitas bentukan pemuda Purwakarta yang kerapkali mengadakan kegiatan sosial berbasis alam.

“Awalnya aku penasaran sama Komunitas Semut Merah, pas diajak sama teman ternyata kegiatannya seru dan sangat positif” cerita wanita lulusan Universitas Pendidikan Indonesia ini.

Tidak salah, lanjut Fuzzi, jika efek ketagihan untuk mendaki dan berkegiatan dengan komunitas langsung merasuk kedalam dirinya. Karena dalam komunitas tidak mululu tentang membesarkan nama komunitas, akan tetapi berbagi dengan lingkungan adalah inti dari fungsi komunitas itu sendiri.

Editor: RI