MUI Tantang Petinggi Gafatar Untuk Berdebat Di Depan Pengikutnya

Penulis: Indra - Waktu: Rabu, 27 Januari 2016 - 05:28 AM
Credit by: Evakuasi pengikut Gafatar (Ist)

Jakarta, PINews.com – keberadaan ormas Gafatar yang diduga kuat menyebarkan aliran sesat terus meresahkan. Menyikapi hal ini MUI pun mulai bertindak tegas salahsatunya dengan cara menantang petinggi Gafatar untuk melakukan debat secara terbuka.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Zaitun Rasmin mengungkapkan hal itu diharapkan bisa menyadarkan para anggota bahwa mereka selama ini diberikan ajaran yang tidak benar.

"Yang paling penting adalah bagaimana anggota-anggota mereka ini bisa disadarkan. Karena itu, saya sudah memberikan saran kepada Menkopolhukam agar tokoh-tokohnya (Gafatar) ini diajak dialog, kalau perlu sampai debat, di depan pengikut-pengikutnya, supaya pengikutnya bisa langsung tahu, 'oh ternyata selama ini kita dikibulin,'" ujar Zaitun di Kantor Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Jakarta Pusat, Selasa (26/1).

Zaitun menjelaskan, sebenarnya para anggota Gafatar memeluk agama Islam, namun mereka menjadikan Milah Abraham sebagai modus agar bisa mengelak dari Undang-Undang Nomor 1/PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, meski telah mengajarkan pemahaman yang dianggap menyimpang dari agama.

"Mereka pakai‎ Milah Abraham itu, sehingga tidak kena peraturan agama itu. Ini tidak boleh, karena mereka, walaupun mengistilahkan keluar, itu hanya formal saja. Mereka tetap menggunakan ajaran agama Islam, hanya nanti mereka ubah-ubah, seperti tidak mewajibkan salat, jilbabnya dibuka. Itu kadang-kadang dalam keadaan terpaksa dilakukan perubahan-perubahan. Jadi itu modus," katanya.”

Berdasarkan peraturan tersebut, para anggota Gafatar bisa dijerat pasal penistaan agama jika mereka mengaku memeluk salah satu kepercayaan dari agama arus utama (mainstream) di Indonesia, alih-alih Milah Abraham. “Padahal, menurutnya, Milah Abraham sebenarnya hanyalah rekayasa untuk mencoba memadukan antara Yahudi, Kristen, dan Islam yang kemudian dijadikan modus” Jelas Zaitun .

Editor: RI