Lapangan Duri, Nyonya Tua yang Masih Produktif

Penulis: L Hermawan - Waktu: Rabu, 2 Mei 2018 - 12:45 PM
Credit by: dunia energi

Jakarta, PINews.com - Meski usianya beranjak tua, sekitar  77 tahun, Lapangan Duri di Riau mampu bertahan sebagai salah satu penopang produksi minyak hingga sekarang. Keberhasilan tersebut berkat penerapan teknologi injeksi uap (steam flood) yang membuat produksi  Lapangan Duri lima kali lebih banyak dibandingkan teknologi konvensional.

“Teknologi injeksi uap di lapangan tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia,” ujar Yanto Sianipar, Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs Chevron.

Yanto mengatakan, keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. Chevron terus bernvestasi dalam pengembangan teknologi pencarian minyak maupun enhanced oil recovery (EOR) guna mengoptimalkan tingkat perolehan minyak.

Lapangan Duri termasuk wilayah kerja Blok Rukan, di Riau yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Lapangan tersebut ditemukan pada 1941 dan baru berproduksi pada 17 tahun berselang, yakni pada 1958. “Setelah melewati titik puncak produksi dari fase primer sebanyak 65 ribu barel per hari pada 1965, produksi Lapangan Duri menurun secara alamiah sering penurunan tekanan di dalam reservoar,” katanya.

CPI memulai proyek percontohan (pilot project) injeksi uap di Lapangan Duri pada 1975. Sepuluh tahun kemudian, teknologi ini diterapkan dalam skala besar dan mampu kembali menaikkan produksi higga mencapai 300 ribu barel per hari pada 1993. Semua itu dicapai berkat penerapan teknologi. Hingga saat ini, Lapangan Duri telah menghasilkan lebih dari 2,6 miliar barel.

CPI terus mengembangkan lapangan ini untuk menjaga kontribusi Lapangan Duri terhadap produksi nasional. Dua pengembangan terakhir adalah North Duri Area 12 dan 13 yang masing-masing menghasilkan produksi perdana pada 2008 dan 2013.

 

Proyek IDD

Chevron juga terus berkomitmen menukung Indonesia dalam mengembangkan sumber daya energi, baik di darat maupun lepas pantai. Tahap pertama Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD), pengembangan Lapangan Bangka, telah berproduksi sejak Agsutus 2016 dan menghasilkan delapan kargo gas alam cair (LNG) yang dikapalkan dari Terminal LNG Bontang, Kalimantan Timur. Tahap kedua Proyek IDD, pengembangan Gendalo-Gehem, memberikan peluang nyata untuk memaksimalkan nilai dari aset-aset gas laut dalam ini bagi seluruh pemangku kepentingan.

Chuck Taylor, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit, menambahkan, studi dan konsep kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain, atau pre-Front End Engineering and Design, atas proyek IDD yang telah dimulai pada Desember 2017, berjalan dengan baik. Optimalisasi konsep pengembangan dan dasar penyederhanaan rancangan menunjukkan pengembangan modal dan pengurangan biaya operasional yang signifikan.

“Kami berupaya untuk menyelesaikan studi-studi ini sesegera mungkin dan akan terus bekerja sama dengan Pemerintah Inonesia untuk  melanjutkan proyek strategis ini ke tahap selanjutnya,” katanya.

Chevron (sebagai operator) memegang 63 persen saham kepemilikan di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan par mitra Muara Bakau.

Chevron merupakan salah satu perusahaan energi terintegrasi terdepan di dunia dan melalui anak-anak perusahaan di Indonesia telah beroperasi di negeri ini selama 94 tahun. Dengan inovasi dan komitmen karyawan kami yang memiliki kealian dan dedikasi tinggi. Chevron Indnesia menjadi salah satu produsen minyak mentah terbesar di Indonesia. Dari lapangan-lapangan migas darat kami di Raua, Sumatera dan lapangan-lapangan migas  lepas pantai di Kalimantan Timur, kami telah memproduksi lebih dar 13 miliar barel minyak untuk pemenuhan kebutuhan energi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam mengoperasikan blok migas, Chevron bekerja di bawah pengawasan SKK Migas berdasarkan kontrak kerja sama atau production sharing contract (PSC).

 

Editor: HAR