SR Asia Rekomendasikan Penanganan Limbah Plastik dan Plastik Mikro

Penulis: Lili Hermawan - Waktu: Kamis, 21 November 2019 - 10:13 AM
Credit by: SR Asia/dok

JAKARTA, PINews.com -- Limbah plastik dan plastik mikro menjadi isu penting yang mendesak dicari solusinya, termasuk di Indonesia. Menurut data The Indonesian Olefin & Plastic Industry Association (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah sampah plastik di Indonesia diperkirakan mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 10 miliar lembar atau 85 ribu  ton kantong plastik dibuang ke lingkungan tiap tahun.

Sayangnya, sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan, sekitar 70 persen sampah plastik ini berpotensi berakhir di laut Indonesia. Data the World Bank (2018) mengindikasikan bahwa sebanyak 87 kota di pesisir Indonesia diperkirakan turut menyumbang sekitar 1,27 juta ton sampah ke laut. Sampah ini kemudian dapat terbelah menjadi partikel-partikel kecil berukuran 0,3-0,5 milimeter yang dikenal dengan sebutan “microplastic”. Partikel plastik mikro ini sangat mudah dikonsumsi hewan laut seperti ikan yang kemudian akan dikonsumsi manusia.

Namun di sisi lain, plastik juga banyak memberi manfaat positif bagi manusia. Meski ada upaya pembatasan penggunaan kantong plastik, faktanya plastik secara umum masih dibutuhkan dan konsumsi plastik masih tinggi. Oleh karenanya, diperlukan manajemen berwawasan lingkungan yang strategis (strategic environmentally sound management) terhadap limbah plastik, yang tentunya perlu dikolaborasikan semua pihak mulai dari masyarakat, pemerintah, para pelaku industri, hingga di skala nasional.

Melalui ‘One-day Seminar on Plastic Waste and Microplastic’, Social Responsibility Asia (SR Asia) memfasilitasi diskusi dan pertukaran ide di antara para pemangku kepentingan. “Hasil diskusi seminar akan didokumentasikan dan dirangkum menjadi rekomendasi bagi Pemerintah Republik Indonesia dalam penanganan isu limbah plastik dan plastik mikro,” ungkap Dr. Semerdanta Pusaka, Country Director for Indonesia SR Asia.

Seminar sehari dibuka oleh Dr. Anton Purnomo, Direktur Basel Convention Regional Centre for South East Asia (BCRC-SEA), yang mewakili pembicara utama Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Rosa Vivien Ratnawati, SH, M.Sc. Diskusi difokuskan pada perkembangan dan tantangan terkait isu-isu berikut. Pertama,  Ban Amendment Basel Convention terkait impor limbah plastik yang akan berlaku efektif pada 5 Desember 2019 dan kesiapan penerapannya di Indonesia. Ini menjadi saat yang tepat bagi Indonesia untuk memperkuat pengawasan terhadap impor limbah plastik, dan menghentikan kegiatan impor yang tidak memenuhi PIC Procedure. Kedua, perlunya “national inventory” limbah plastik sebagai basis untuk mengembangkan strategi nasional dalam mengelola isu limbah plastik dan plastik mikro.

Isu ketiga adalah kebijakan pemerintah saat ini terhadap limbah plastik dan plastik mikro, termasuk efektivitas penerapan, pengawasan, dan evaluasi kebijakan, serta dampak kebijakan terhadap masyarakat dan lingkungan. Keempat, standarisasi produk berbahan atau megandung plastik serta inovasi berdasarkan pendekatan ekonomi sirkuler (circular economy). Terakhir, kontribusi organisasi bisnis (perusahaan atau asosiasi) dalam mengelola isu limbah plastik dan mikroplastik di Indonesia.

Seminar yang dipandu langsung oleh Dr. Anton Purnomo ini antara lain akan menghadirkan Direktur Pengelolaan Sampah Dr. Novrizal Tahar, Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non- B3 Ir. Achmad Gunawan Widjaksono, MAS, Chair Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) Sinta Kaniawati, Chair Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim, serta Saut Marpaung sebagai Chair Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI). Hadir pula dalam acara ini, Amelia Agusni, yang mewakili Kepala Pusat Standarisasi Lingkungan dan Kehutanan, Ir. Noer Adi Wardojo, M.Sc.

Di dalam menangani limbah, khususnya limbah perkotaan, landfill (open dumping) atau pembuangan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) menjadi metode yang paling sering digunakan. Cara pengolahan lain adalah menjadikan sampah sebagai sumber energi dengan incinerator. Selain itu di samping reduce, reuse, recycle yang sudah mulai diiniasi berbagai elemen dalam masyarakat, produsen plastik dapat mengganti produknya dengan plastik berbasiskan bahan dari tanaman.

Di samping itu, produsen juga mulai berinovasi untuk menciptakan produk berbahan plastik atau mengandung plastik dengan memperhatikan pendekatan circular economy (ekonomi sirkuler).

Editor: Dudi Rahman