Memanusiakan Jiwa yang Terlantar ; Dadang Heryadi : Sabar, Jujur, Tawakal Itu Modal Saya.

Penulis: Hari Maulana - Waktu: Senin, 31 Maret 2014 - 10:50 AM
Credit by: Hari Maulana

Tasikmalaya, PINews.com - Ruko bekas terminal Cilembang, Tasikmalaya ini menjadi tempat bernaung sebuah panti rehabilitasi orang kelainan jiwa, ditempat inilah Yayasan Keris Nangtung mengabdikan seluruh waktu, tenaga dan pikiran mengurusi orang-orang gila.

Dadang Heryadi merupakan penggagas Yayasan Keris Nangtung (YKN) yang mendedikasikan untuk merangkul penuh mereka yang mengalami penyakit jiwa. Dengan segala keterbatasan tempat dan biaya yang dimiliki, bukanlah merupakan sebuah penghalang untuk terus mengkaryakan hidupnya kepada orang-orang penderita gangguan jiwa.

Panggilan hatinya tergerak tatkala Dadang yang kala itu masih merupakan salah seorang Pegawai Negeri Sipil di salah satu BUMN pemasok listrik.

Saat itu, Dadang melihat seorang penyandang sakit jiwa yang sedang mengais-ngais makanan di tempat sampah. Ia mengaku tersentuh, kemudian mengenang masa lalunya yang buruk– sebagai pemuda nakal yang suka minum-minuman keras. Dadang berpikir, andai tidak berhenti mabuk-mabukan saat itu, mungkin sekarang ia sudah seperti orang gila tersebut.

Kejadian tersebut menjadi titik balik dalam perjalanan hidup Dadang. Seiring berjalannya waktu, jodoh pun tiba, Dadang menemukan rekan yang satu pemikiran dengannya. Ada Taufik Ahmad Rifai dan Rofi Setiawan yang merupakan kakak iparnya. Maka, di tahun 2008 bersama-sama mereka mulai merawat orang-orang sakit jiwa yang menggelandang di jalanan.

Rasa jijik tidak berlaku bagi pria yang satu ini. Sosoknya dapat dikatakan “Superhero” untuk orang-orang yang menderita gangguan jiwa. Dadang “orgil” Heryadi, bukan berarti dengan kata orgil (orang gila) itu Dadang termasuk ke dalam orang-orang tersebut. Melainkan julukan itulah yang ia sandang karena kesehariannya mengurus orang-orang gila, sampai-sampai Dadang membentuk satuan khusus yakni Gipasus (Gila Pasukan Khusus).

“Hanya orang gila saja yang mau rela ngurusin orang gila, makanya kenapa saya dijuluki orgil,” ujarnya sambil tertawa.

Saat ini Dadang dan keluarga tinggal di bekas ruko terminal Cilembang, Tasikmalaya, bersama dengan  pasien-pasien sakit jiwanya. Selalu saja ada hambatan ketika akan melakukan tindakan-tindakan mulia. Ketika misi kemanusian ini mulai dirintis, Dadang ditentang dan dihina oleh sanak saudaranya. Ia tetap berjuang dan bersabar, sampai akhirnya, salah satu stasiun televisi nasional meliput apa yang dilakukannya. Yayasan Keris Nangtung pun menjadi terkenal. Hanya dengan modal sajuta (Sabar, Jujur, Tawakal) dan tekad kuat serta niat ikhlas Dadang yang membuat misi kemanusiaan ini terus berjalan hingga sekarang.

”Hanya sajuta modal saya, yakni sabar, jujur, tawakal, saya yakin Gusti Allah pasti ngasih jalan,” jelasnya dengan logat sunda yang kental.

Selain didukung rekan-rekannya, dukungan paling utama tentunya dari sang istri tercinta, Ai Siti Jainap. Sehari-hari Ai membantu menyiapkan seluruh kebutuhan rumah tangga di yayasan tersebut. Ai juga menjadi ibu asuh bagi bayi-bayi pasien penyandang gangguan jiwa yang melahirkan di sana.

Kegiatan Yayasan Keris Nangtung kini mulai banyak menerima bantuan baik dari donatur tetap maupun tidak tetap. Bahkan, kini mereka memiliki beberapa relawan, termasuk mantan pasien yang kini sembuh total. Kondisi ini meringankan beban para pengurus yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk perjuangan kemanusiaan ini.

Editor: Rio Indrawan