Jika Pembangunan Pelabuhan Cilamaya DIteruskan, Listrik di Pulau Jawa Akan Terganggu
Credit by: Pemaparan Adolf dalam Forum Logistik Indonesia tentang pembangunan Pelabuhan Cilamaya

Jakarta, PINews.com - Pembangunan pelabuhan CIlamaya terus menuai kontroversi. Karena bagaimanapun juga jika rencana ini terus dilanjutkan maka dikhawatirkan fasilitas Pertamina akan terkena dampaknya.

Namun pemerintah melalui Kementerian Perhubungan sepertinya kekeh membangun pelabuhan CIlamaya dengan segala resiko yang ada. Pelabuhan akan digeser pembangunannya sejauh 2,9 KM kearah barat dari lokasi semula. Prinsipnya adalah mendekatkan pelabuhan dengan industri.

"Terkait keberadaan fasilitas migas milik Pertamina, kementerian perhubungan telah melakukan studi yang dilakukan oleh tim independen" ujar Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Adolft Richard Tambunan  dalam diskusi Forum Logistik Indonesia, di Jakarta  (5/3). Studi dilakukan guna mengupayakan fasilitas produksi migas bisa co-eksis dengan keberadaan pelabuhan.

Menanggapi hal itu, Pertamina menyatakan bahwa pihaknya setuju dengan dibangunnya infrastruktur, namun Pertamina juga sangat concern terhadap keberlangsungan produksi migas.

"Kami tidak pernah menyatakan setuju atau menolak keberadaan pembangunan pelabuhan Cilamaya ini. Namun kami sangat concern terhadap produksi migas kami, dimana di sekitar lokasi rencana pembangunan pelabuhan tersebut tersebar 37 platform offshore, ada lebih dari 150 fasilitas produksi, dan ada pipa sepanjang sekitar 1500 KM, dimana dari fasilitas tersebut saat ini dihasilkan 40.000 Barel minyak per hari dan 200 MMSCFD gas yang digunakan untuk mensuplai 60% industri dan listril di jawa barat dan dki jakarta" jelas Direktur Hulu Syamsu Alam.

Lebih lanjut Alam mengungkapkan bahwa yang Pertamina yang dikhawatirkan adalah, shutdown harus dilakukan karena jalur pelayaran memotong fasilitas Pertamina,”potensi kehilangan sebesar 60 Milyar per hari, selain itu target produksi minyak akan terganggu, gas untuk industri, listrik juga akan berkurang pasokannya,” tambahnya.

Pelabuhan Cilamaya pembangunannya berdekatan dengan lapangan ONWJ yang sebelumnya dikelola oleh British Petroleum dengan rata - rata produksi 20.000 barel per hari. Setelah tahun 2009 diakuisisi Pertamina, Produksi minyak PHE ONWJ saat ini sekitar 40.000 barel per hari.

Dari blok ini, selain menghasilkan minyak, Pertamina juga menghasilkan gas sampai 200 MMSCFD yang diantaranya digunakan untuk menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang dan Tanjung Priok, yang mengaliri listrik daerah Ring satu Jakarta, termasuk Istana Negara. Selain itu, gas dari blok ini juga digunakan untuk memasok energi pabrik pupuk kujang di Jawa Barat.

Editor: RI