Indonesia Genjot Promosi Sawit Berkelanjutan di Jepang
Credit by: kemendag

Osaka, PINews.com  – Tekanan perlambatan ekonomi global tidak menyurutkan Kementerian Perdagangan untuk melakukan diplomasi dan promosi produk kelapa sawit berkelanjutan dan turunannya di Negeri Sakura, Jepang. Salah satunya dengan menyelenggarakan Seminar dan Business Matching ‘Industri Kelapa Sawit Indonesia: Peluang Bisnis untuk Jepang' yang berlangsung, kemarin, di Osaka, Jepang.

"Langkah kompetitif ini dilakukan Pemerintah Indonesia demi mencapai peningkatan target ekspor nonmigas nasional sebesar 5,6%. Khusus untuk Jepang, dikarenakan terjadi penurunan di 2016, maka target ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang untuk 2017 ditetapkan meningkat sebesar 2,9% menjadi US$ 13,59 miliar," ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda, saat membuka acara tersebut.

Menurut Arlinda, peluang pasar produk kelapa sawit di Jepang masih sangat berpotensi untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan. Indonesia merupakan pemasok terbesar kedua dengan share 27,5%. Nilai ini masih jauh di bawah Malaysia yang menjadi pemasok terbesar dengan share 72%.

Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia. Nilai ekspor produk kelapa sawit Indonesia ke Jepang  pada 2016 mencapai US$ 210,22 juta. Namun, tren ekspor produk kelapa sawit Indonesia ke Jepang dalam lima tahun terakhir mencapai 30,24%. Sedangkan impor produk kelapa sawit Jepang dari dunia di 2016 hanya sebesar US$ 450 juta. Nilai ini masih relatif kecil mengingat Jepang merupakan negara industri utama dunia.

Arlinda juga menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen meningkatkan cara memproduksi kelapa sawit yang berkelanjutan yang menguntungkan secara ekonomi dengan memperhatikan aspek sosial dan ramah lingkungan. "Indonesia siap memenuhi permintaan 100% minyak sawit berkelanjutan. Untuk itu, kami ingin menekankan bahwa sawit dan produk turunannya yang diimpor Jepang dari Indonesia adalah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tegas Arlinda.

Di hadapan lebih dari 120 pelaku usaha yang hadir, Arlinda juga menjelaskan dan meyakinkan bahwa pemanfaatan minyak sawit yang sesuai untuk pembuatan dan pengolahan produk makanan di Jepang dapat memberikan keuntungan bagi para penggunanya. “Harga minyak sawit yang lebih murah dibandingkan minyak nabati lain dapat menjadi salah satu sumber bahan bakar terbarukan. Minyak sawit juga bermanfaat bagi kesehatan," ungkapnya.

Jepang, lanjut Arlinda, memiliki kapasitas untuk mengembangkan industri hilir selain konsumsi kelapa sawit untuk minyak goreng, seperti produk komestik dan kecantikan, serta produk perawatan diri. "Dengan semakin banyak industri hilir, maka akan semakin menguatkan posisi Jepang sebagai pemain utama dalam perdagangan global,” imbuhnya.

Seminar ini diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal RI dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Osaka dan diawali dengan sambutan Konjen RI di Osaka Wisnu Edy Pratignyo. Dalam seminar tersebut Arlinda menyampaikan paparan utama mengenai peluang industri kelapa sawit Indonesia bagi pelaku usaha Jepang.

Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian (PERHEPI) Bayu Krisnamurthi menyampaikan paparan dengan tema “Indonesia palm oil for sustainability and renewable energy, a perspective for Japan-Indonesia cooperation”.

Pada business matching ada 3 perusahaan dan 2 asosiasi Indonesia yang dipertemukan dengan 19 perusahaan Jepang. Perusahaan dan asosiasi tersebut yaitu PT. Smart Tbk, PT. Wilmar Group Tbk, PT. Tunas Baru Lampung Tbk, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), dan Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI).

Arlinda optimis kunjungan kerja ini merupakan salah satu langkah yang efektif guna mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia serta memperluas jaringan pendukung sawit di Jepang. Pemerintah Indonesia terus berupaya mempromosikan dan memfasilitasi pertumbuhan sektor sawit karena menyangkut penghidupan para petani yang bekerja di atas lahan seluas 42% dari total lahan perkebunan sawit. Selain itu, Indonesia juga telah melaksanakan kewajiban skema sertifikasi berkelanjutan yang dikenal dengan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan bersifat wajib sejak 2011.

Sertifikasi tersebut menjamin semua pelaku usaha sawit di Indonesia, baik skala besar maupun kecil, memenuhi standar keberlanjutan yang tinggi.

 

Editor: HAR