KASAD Setelah Jenderal Mulyono : Persaingan Antara Andika, Tatang dan Herindra
Credit by: mabes ad/dok

Jakarta, PINews.com - Gerbong mutasi di tubuh TNI bergulir lagi pada akhir pekan lalu. Melalui Skep No 196/III/2018, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memutasi 35 perwira TNI. Jamak diketahui, paling strategis dari mutasi kali ini adalah promosi Mayor Jenderal TNI M Herindra, lulusan terbaik Akmil 1987, dari Staf Ahli Tingkat III Bidang Hubungan Internasional Panglima TNI, didapuk jadi Inspektur Jenderal TNI menggantikan Letjen (CPM) Dodik Widjanarko, jebolan Akmil 1985.

Keputusan Wanjakti TNI mempromosikan Herindra ke jenjang pangkat dan jabatan lebih tinggi memang sudah diperkirakan. Maklum, Herindra adalah salah satu prajurit TNI yang memiliki rekam jejak cukup moncer. Namun, tiada yang mengira bahwa perwira tinggi bintang dua itu akan mendapatkan posisi Inspektur Jenderal TNI. Banyak yang menaksir, pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 30 November 1964 itu bakal menempati pos strategis di lingkungan TNI AD. Entah Panglima Kostrad atau Wakil Kepala Staf TNI AD. Takdir rupanya lebih awal menempatkan Herindra menjadi Irjen TNI menggantikan Letjen Dodik.

Kendati begitu, kans Herindra untuk melesat kariernya lebih jauh, bukannya tertutup. Apalagi masa pensiunnya masih relatif lama, 4,5 tahun ke muka. Dan, sangat terbuka pula kesempatan bagi yang bersangkutan geser posisi. Bisa menjadi Kepala Staf Umum TNI, Komandan Sesko TNI, Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI AD (Kodiklatad), Panglima Kostrad, Sekjen ataupun Irjen Kementerian Pertahanan, Gubernur Lemhanas, atau pun Sesmenkopolhukam atau Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Setjen Watannas).

Semua jabatan itu sangat terbuka bagi pati bintang tiga. Namun, untuk pergeseran posisi di level jabatan letnan jenderal itu, Herindra juga kudu bersaing dengan sejumlah pati lainnya. Paling utama adalah dengan rekannya, sesama alumni Akmil 1987, Letjen Andika Perkasa, Komandan Kodiklatad, lulusan terbaik Seskoad 1999. Andika bahkan beroleh brigjen beberapa bulan lebih awal ketimbang Herindra saat didapuk jadi Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat setelah sebelumnya Komandan Korem Kawal Samudra di Sibolga. Adapun Herindra, jadi Brigjen setelah didapuk jadi Wadanjen Kopassus setelah sebelumnya menjabat Komandan Korem 101/Antasari.

Saat promosi jadi mayor jenderal, Andika juga lebih dulu karena langsung promosi jadi Danpaspamres saat Jokowi jadi presiden. Sementara Herindra, harus geser dari Wadanjen Kopassus ke Kasdam III/Siliwangi. Baru, saat promosi jadi Danjen Kopassus, pangkat Herindra sama seperti Andika.

Hanya dua tahun lebih jadi Danpaspampres, Andika promosi jadi Pangdam Tanjungpura. Herindra menyusul beberapa bulan kemudian jadi Pangdam III/Siliwangi. Saat mutasi akhir 2017, Herindra dimutasi jadi Staf Ahli Panglima TNI. Sementara itu, tak sampai sebulan kemudian, bintang terang justru tengah menyelimuti Andika. Menantu Abdullah Machmud Hendropriyono ini didapuk jadi Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI. Itu lantaran Pangkostrad Letjen Eddy Rachmayadi (jebolan Akmil 1985) mengundurkan diri dari prajurit TNI karena mengikuti pemilihan gubernur Sumatera Utara.

Awalnya, Mayjen Sudirman (jebolan Akmil 1986, mantan Pangdam Sriwijaya yang kini Asops Kasad) digadang-gadang jadi Pangkostrad. Bahkan, di pengujung 2017, Panglima TNI Gatot Nurmantyo (saat itu) mengumumkan pergantian itu. Saat Panglima TNI dijabat Marsekal Hadi Tjahjanto, keputusan Gatot dianulir. Sudirman tetap jadi Asops Kasad. Belakangan, Wanjakti TNI memutuskan Pangkostrad dijabat oleh Letjen Agus Kriswanto (jebolan Akmil 1985, teman seagkatan Eddy Rachmayady). Sementara itu, pos yang ditinggalkan Agus dijabat oleh Andika Perkasa.

Calon KASAD

Saat ini ada beberapa pati bintang tiga dari Angkatan Darat yang menempati posisi strategis. Selain Andika, Herindra, dan Agus Kriswanto, ada juga Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad) Letjen Tatang Sulaiman (alumni Akmil 1986), Irjen Kemhan Letjen Agus Satomo (alumni Akmil 1984), Sekretaris Kementerian Politik Hukum dan Keamanan Letjen Yoedhi Swastono (lulusan Akmil 1983), dan saudara kembarnya, Rektor Universitas Pertahanan Letjen Yoedhi Swastanto (Lulusan Akmil 1983).

Dari tujuh letnan jenderal AD itu, untuk saat ini, hanya tiga orang saja yang berpeluang menduduki posisi strategis Kepala Staf TNI AD (Kasad). Harap dipahami, per 12 Januari 2019, atau sekitar 10 bulan lagi, atau tiga bulan jelang pelaksanaan Pilpres dan Pileg, Kasad Jenderal TNI Mulyono (jebolan Akmil 1983) bakal memasuki masa purnabakti. Dan sangat boleh jadi, Presiden Joko Widodo selaku Panglima Tertinggi TNI akan menentukan figur nomor satu di lingkungan Kartika Eka Paksi sebelum Jenderal Mulyono pensiun.

Pertanyaan menarik adalah: siapa calon Kasad yang bakal dipilih oleh Jokowi? Sejauh ini baru ada tiga figur yang berpeluang menduduki kursi Kasad pengganti Jenderal Mulyono: Andika, Tatang, dan Herindra.

Namun, jangan pula dilupakan. Pada Juli 2018 akan ada tiga pati bintang tiga yang bakal pensiun: Letjen Agus Kriswanto, Letjen Yoedhi Swastono, dan Letjen Yoedhi Swastanto. Kemudian, pati bintang tiga lagi yang bakal pensiun adalah Letjen Agus Satomo, pada Agustus 2018. Artinya, akan ada potensi tambahan empat pati bintang tiga yang bisa menjadi pesaing Andika, Tatang, dan Herindra untuk menggantikan Jenderal Mulyono.

Siapa figur yang tepat dan berpotensi promosi ke pangkat letnan jenderal? Susah diterka! Banyak variabel yang terlibat. Betul, senioritas dan rekam jejak karier jadi pertimbangan. Tapi, aspek politis juga ikut berperan dalam kenaikan pangkat dan jabatan seorang perwira tinggi.

Mari kita kalkulasi siapa figur yang layak dan pantas promosi jadi letjen pengganti empat pati bintang tiga yang bakal pensiun empat-lima bulan ke depan?

Pertama, Mayjen Agus Surya Bhakti (Akmil 1984). Saat ini menjabat Pangdam Hasanuddin. Sudah lebih dari tiga tahun yang bersangkutan menduduki kursi panglia kodam. Rekam jejaknya sebagai orang nomor satu di Kodam Hasanuddin juga dinilai cukup baik. Karena itu, pantas untuk promosi ke salah satu jabatan untuk pati bintang tiga. Namun, kecil kemungkinan mengisi pos panglima Kostrad.

Kedua, Mayjen Doni Monardo (Akmil 1985). Kinerja Doni juga sebenarnya sangat baik. Buktinya, berbagai jabatan penting dan srtategis pernah dipegangnya: Wadanjen Kopassus, Danpaspampres, Danjen Kopassus, Pangdam Patimura, dan kini Pangdam III/Siliwangi.

Ketiga, Mayjen Cucu Sumantri (Akmil 1984). Lulusan terbaik Seskoad 1998 itu saat ini menjabat Pangdam I/Bukit Barisan. Pernah jadi Kepala Staf Kostrad dan Kepala BIN Sumut. Namun, yang bersangkutan akan pensiun pada November 2019.

Keempat, Mayjen Wuryanto (Akmil 1986). Lulusan terbaik Seskoad 2000 itu pernah menjabat Kasdam III/Siliwangi, Kapuspen TNI, dan kini Pangdam IV/Diponegoro. Masa dinasnya yang akan berakhir pada Juli 2019, jika pun promosi ke jabatan letjen, kemungkinan berada di lingkungan Kemenhan atau Sesmenpolhukam atau Setjen Watannas.

Kelima, Mayjen Sudirman (Akmil 1986). Saat ini menjabat Asisten Operasi Kasad.Sangat terbuka kemungkinan Sudirman promosi ke bintang tiga. Apalagi, yang bersangkutan punya sederet pengalaman kerja di pos strategis, antara lain Wakil Gubernur Akmil, Panglima Divisi 1 Kostrad, dan terakhir jadi Pangdam II/Sriwijaya sebelum akhirnya digantikan oleh Mayjen Anto Mukti Putranto (Akmil 1987).

Keenam, Asisten Teritorial Panglima TNI Mayjen Kustanto Widiatmoko. Kendati berasal dari kecabangan kavaleri, potensi jebolan Akmil 1987 ini untuk promosi ke pangkat bintang tiga juga cukup tinggi. Apalagi yang bersangkutan pernah jadi Sespri Presiden dan juga Kasdam V/Brawijaya. Saat berpangkat mayjen, Kustanto pernah jadi Asisten Teritorial Kasad, Pagdam IX/Udayana, Pangdam V/Brawijaya sebelum mutasi jadi Asisten Teritorial Panglima TNI sejak 2017.

Ketujuh, Pangdam Jaya Mayjen Joni Supriyanto (Akmil 1986). Mantan Wakabais TNI ini adalah kamus berjalan untuk dunia intelijen di lingkungan TNI. Maka itu, jangan pula diabaikan potensi mantan Kasdam IV/Diponegoro, mantan Wakil Asisten Intelijen Panglima TNI serta mantan Komandan Pusat Pendidikan Intelijen Strategis Kodkilat TNI ini promosi ke pangkat bintang tiga.

Dari tujuh kandidat serius peraih pangkat bintang tiga pada Juli-Agustus mendatang itu, yang sangat strategis adalah posisi Panglima Kostrad. Sangat boleh jadi, Pangkostrad pengganti Letjen Agus Kriswanto nanti yang punya potensi tinggi jadi Kasad pengganti Jenderal Mulyono. Dan, kans kuat untuk posisi itu bakal beradu antara Andika dan Herindra.

Dari sisi politik, Andika punya peluang lebih besar dari Herindra untuk menggantikan Agus. Tapi, itu tak berarti tertutup peluang bagi Herindra menjadi orang nomor satu di lingkungan Korps Baret Hijau itu. Masih ada waktu empat bulan ke depan untuk Wanjakti TNI dan juga Presiden “melirik-lirik” figur calon kuat Kasad pengganti Mulyono.

Betul bahwa calon KASAD tak melulu dipilih dari Pangkostrad. Jabatan itu bisa saja dipilih dari pati bintang tiga yang berada di luar TNI AD. Contohnya, Jenderal Budiman jadi Kasad saat jadi Sekjen Kemhan. Moeldoko jadi Kasad saat jadi Wakasad. Endriartono, Djoko Santoso, juga dari Wakasad promosi jadi Kasad. Agustadi Sasongko Purnomo, jadi Kasad setelah menjabat Sesmenpolhukam. Bahkan, Letjen Tyanso Sudarto, promosi jadi Kasad pada November 1999 setelah sebelumnya menjabat Kepala BAIS.

Dengan demikian, untuk jadi orang nomor satu TNI AD banyak sumber yang bisa dipilih dan dipertimbangkan oleh Panglima Tertinggi TNI. Bisa Wakasad, Pangkostrad, Sesmenkopolhukam, atau Sekjen Kemhan. Artinya, terbuka lebar bagi pati berpangkat letjen untuk jadi Kasad pengganti Jenderal Mulyono, kendati peluang terbesar ada pada tiga orang ini: Andika Perkasa, Tatang Sulaiman, M Herindra.

Siapa figur letjen yang akan dipilih Jokowi jadi nomor satu di TNI AD? 

Editor: HAR