Kabut Asap Ancam Keberlangsungan Hidup Keanekaragaman Hayati
Credit by: Kondisi hutan di Riau yang terbakar (Ist)

Jakarta, PINews.com - Kabut asap yang melanda di beberapa wilayah di Sumatera akhir-akhir ini, dapat mengancam keberlangsungan keanekaragaman hayati.

"Ada beberapa hal proses yang dapat menyebabkan punahnya keanekaragaman hayati akibat kabut asap ini," kata Pengamat Biologi dan Lingkungan Hidup dari Universitas Andalas (Unand) Dr Ardinis Arbain, di Padang, Senin.

Penyebab pertama, katanya, yakni akibat adanya titik api di kawasan lindung menjadikan daerah tersebut terbakar dan berdampak pada rusaknya habitat dan kematian beberapa spesies tanaman atau hewan.

"Hal ini menjadi berbahaya apabila tanaman atau spesies itu endemik atau langka," katanya.

Dengan matinya spesies tanaman atau hewan dalam jangka waktu tertentu ini akan mengalami kepunahan, dengan catatan jenis tersebut hanya hidup di tempat itu, jelasnya.

Penyebab yang kedua, yakni matinya spesies tanaman atau hewan lindung di kawasan yang terkena dampak kabut asap.

"Bila dibandingkan dengan spesies yang dekat dengan sumber, ini tidak terlalu berbahaya, namun dalam jangka waktu panjang akan mengalami sakit dan kematian," katanya.

Jika ini terus menerus terjadi, menurutnya, bukan tidak mungkin juga terjadi kepunahan untuk jenis spesies itu.

"Manusia yang juga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati akan mengalami banyak kerugian akibat kabut asap ini ," katanya.

Ia mengatakan, kerugian akibat kabut asap ini, yakni menurunnya kesehatan seperti yang terjadi pada balita atau anak-anak akan mengalami penyakit kronis pada beberapa waktu mendatang karena terhirup udara beracun.

Selain itu, manusia dewasa pun terancam terkena penyakit kanker paru-paru dalam 5 hingga 10 tahun ke depan yang berdampak pada kematian.

Kerugian lain, imbuhnya, dari segi ekologis dan pertanian yakni rusaknya siklus fotosintesis tanaman akibat menyerap gas beracun. Akibatnya tanaman akan rusak dan mengalami kematian secara sistemik dalam jumlah yang besar.

"Apabila ini melanda berbagai tanaman pertanian atau palawija tentunya akan mengancam ketersediaan pangan. Terlebih lagi jika keadaan ini berlangsung terus menerus, produksi tanaman pertanian ini akan berhenti dan lahan juga mengering," katanya.

"Ini menjadi jelas bahwa kabut asap ini dapat mengganggu kehidupan tanaman yang berdampak pada berkurangnya pangan manusia," ujarnya.

Hal lain yang menjadikan kerugian dari kabut asap ini yakni dari segi perhubungan, katanya.

"Yang paling jelas yakni terganggunya penerbangan antar wilayah, yang dampaknya akan merugikan secara ekonomi. Sebagai contoh, untuk sekali penerbangannya saja butuh dana hingga ratusan juta rupiah, apabila ini batal dalam jumlah besar tentunya merugikan perusahaan," terangnya.

Akibat terbesarnya yakni hubungan antar daerah menjadi sulit dan membutuhkan waktu yang panjang, terutama yang jaraknya berjauhan, katanya.

Lebih jauh Ardinis mengatakan, untuk mencegah rusak dan matinya keanekaragaman hayati ini, membutuhkan upaya dari pihak terkait semisal Badan Konservasi Alam untuk melakukan penyelamatan terhadap spesies yang terlindungi.

Selain itu dalam keadaan normal atau tidak terjadi kebakaran, Kementerian Kehutanan juga terus melakukan pemantauan terhadap daerah yang memiliki potensi sebagai titik api.

"Dan bekerja sama dengan pihak keamanan untuk menindak tegas yang melakukan kejahatan pembakaran hutan. Dalam hal ini tentunya membutuhkan alokasi dana khusus untuk menangani kebakaran dan melakukan pemantauan ini," katanya. 

Sumber : Antara

Editor: Rio Indrawan