Amankah Meeting Jarak Jauh Menggunakan Zoom?
Credit by: zoom.us/dok

Jakarta, PINews.com – Musibah pandemi corona yang menyebabkan hampir semua kantor memberlakukan Work from Home (WFH) membawa berkah bagi aplikasi Zoom. Aplikasi ini digunakan hampir sebagian besar pekerja untuk mendukung video call conference.  

Seiring dengan kenaikan popularitas Zoom, akhir-akhir ini muncul kekhawatiran terkait privasi data para pengguna.

Rata-rata pengguna Zoom Cloud Meeting pada Maret 2020 tercatat hampir tiga kali lipat dari  pesaingnya Microsoft Team, kata laporan perusahaan riset Apptopia. Volume pengguna harian di AS naik mencetak rekor  sebanyak 4,84 juta pada Senin kemarin. Sementara pada hari yang sama Microsoft Team yang fokus pada market bisnis digunakan sekitar 1,56 juta orang dan Slack kurang dari 500 ribu  pengguna.

Menurut Apptopia, meskipun data-data itu belum dikonfirmasi Zoom, pengguna aktif Zoom pada Maret itu rata-rata 151 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Aplikasi ini disenangi kalangan sekolah dan siswa karena mereka melakukan pembelajaran daring, sekalipun batas pertemuan via Zoom hanya 40 menit pada akun gratis.

“Pertama, keunggulan besar Zoom, sejauh perangkat lunak berjalan, adalah ia dapat diskalakan, mudah digunakan, dan dapat digunakan di berbagai perangkat,” kata analis DA Davidson, Rishi Jaluria. Kedua, Zoom menawarkan versi gratisnya, yang memungkinkan perusahaan mencoba terlebih dahulu sebelum membeli versi berbayar, dan akan memudahkan ekspansi.

Penggunaan aplikasi ini diprediksi bakal sedikit mereda menyusul isu privasi data. Muncul dugaan bahwa alikasi Zoom di perangkat berbasis iOS telah mengirim data pribadi ke Facebook tanpa sepengetahuan pengguna. Menurut Apple Insider, data tetap dikirimkan sekalipun pengguna tidak punya akun Facebook.

Data yang dikirimkan cukup beragam seperti waktu pengguna membuka aplikasi Zoom, model perangkat yang digunakan, lokasi pengguna, operator seluler yang dipakai, hingga ID khusus yang bisa dimanfaatkan oleh pengiklan atau pihak ketiga.

Berdasarkan laporan Consumer Report, Zoom juga mengirimkan data wajah yang terekam saat pengguna memakai aplikasi. Data wajah ini bisa digunakan untuk mengajari algoritma pengenalan wajah machine learning menjadi lebih pintar.

"Hal seperti ini mungkin tidak diinginkan pengguna ketika mereka melakukan panggilan video untuk menghubungi terapis misalnya, mengadakan rapat bisnis, atau melakukan wawancara kerja menggunakan Zoom," tulis Consumer Report seperti dikutip Forbes.

Praktik semacam ini sebenarnya bukan hal aneh. Banyak pembuat aplikasi menggunakan Softwware Development Kit (SDK) Facebook untuk mengimplementasikan fitur tertentu ke dalam piranti lunak mereka. Masalahnya, kebijakan privasi Zoom tidak menjelaskan mengenai jenis pembagian data tersebut. Perusahaan aplikasi ini hanya mengatakan mereka akan berbagi data dengan pihak ketiga tanpa menyebutkan nama Facebook secara khusus.

Padahal Facebook mengharuskan pembuat aplikasi memberitahukan ke pengguna terkait pembagian data. Bahkan, dalam persyaratannya, secara khusus, aplikasi pertemanan sosial itu meminta pembuat aplikasi mencantumkan nama Facebook jika memberikan data.

Sejauh ini, Zoom masih menolak tudingan tersebut. "Kami tidak menjual data pengguna apapun kepada siapapun," kata juru bicara Zoom.

Editor: Lili Hermawan