Pemimpin Pengunjuk Rasa di Hongkong Ternyata Baru Berusia 17 Tahun
Credit by: Ketua kelompok pro-demokrasi Joshua Wong, tengah, saat berdemonstrasi di Lapangan Golden Bauhinia, Hong Kong, 1 Oktober. (The Wall Street Journal)

Hongkong, PINews.com – Siapa sangka motor unjuk rasa di Hongkong baru genap berusia 17 tahun. Joshua Wong adalah pemimpin sebuah kelompok pelajar bernama Scholarism. Tahun 2012, kelompok itu menentang rencana pemerintah Hong Kong memberlakukan kelas pendidikan patriotik di sekolah-sekolah.

Peringkusan dan penahanan Wong akhir pekan kemarin menjadi penggerak utama demonstran. Beberapa bagian kota sempat tidak bergerak akibat demo tersebut, yang menuntut pemilihan umum demokratis untuk menentukan pejabat tertinggi di Hong Kong. Tuntutan ini ditolak Beijing.

Wong adalah satu dari 13 orang yang ditahan pada Jumat silam, setelah ia dan pelajar lainnya memanjat pagar untuk masuk ke lapangan dekat kantor utama pemerintah. Pada Sabtu, ribuan pelajar turun ke jalan untuk menduduki area di luar kantor utama pemerintah. Demo meluas ke jalanan tersibuk di Hong Kong pada Minggu, sampai-sampai polisi melemparkan gas air mata guna membubarkan massa.

Wong ditahan polisi selama 40 jam lebih sampai Minggu malam, saat ia dibebaskan “tanpa syarat.” Pembebasan dilakukan setelah pengadilan tinggi Hong Kong menyetujui permintaan yang diajukan pengacara Wong. Pelajar lainnya segera dibebaskan setelah Wong.

“Bebaskan pelajar! Pelajar tidak bersalah!” teriak demonstran ketika mereka dikepung polisi antihuru-hara, Minggu. Demonstran saat itu sukses menduduki salah satu jalanan teramai di Hong Kong.

Para pelajar ini “sekarang menjadi pahlawan lokal di mata publik yang berdemo. Jadi jika mereka dipenjara atau akses belajar mereka dihambat, mereka akan mendapat lebih banyak dukungan,” kata Suzanne Pepper, akademisi Chinese University of Hong Kong yang mempelajari demokrasi di Hong Kong, lewat sebuahemail.

“Joshua berani. Ia membela apa yang diyakininya benar,” kata Jerry Chik, 17 tahun, pelajar SMA berseragam sekolah yang datang ke protes pada Selasa. “Jika penahanannya bermotivasi politik, ini tak dapat diterima.”

Ketenaran Wong mengusik Beijing. Bulan lalu, surat kabar pro-Beijing di Hong Kong, Wen Wei Po, menguak kaitan antara Wong dengan pemerintah Amerika Serikat. Wen Wei Po menuding Wong menerima sumbangan dari warga Amerika dan Badan Pusat Intelijen (CIA) menyusup ke sekolah-sekolah Hong Kong. Wong menyangkal tudingan itu.

Polisi mengklaim punya hak untuk menuntut Wong. Dakwaan itu dapat mencakup masuk ke bangunan pemerintah secara paksa dan mengumpulkan massa secara ilegal, kata Alvin Yeung, humas para pengacara yang menawarkan jasa hukum bagi gerakan Occupy Central.

Wong, yang mulai kuliah tahun ini, mengaku tak berencana belajar di luar negeri meski ia ditawari kesempatan tersebut.

“Saya tidak begitu pintar…saya ingin kerja sosial,” katanya dalam sebuah wawancara. “Bagaimana mungkin saya pergi sekarang dalam situasi ini. Jika saya pergi, [pemerintah] mungkin memakai kesempatan itu untuk mengolok-olok saya.”

 

Sumber : The Wall Street Journal

Editor: Rio