Duo AS-Israel Keluar dari UNESCO, Prancis Bertahan

Penulis: Yurika - Waktu: Jumat, 13 Oktober 2017 - 10:45 AM
Credit by: unesco.org

Jakarta, PINews.com -  Amerika Serikat secara resmi keluar dari badan warisan dunia UNESCO karena menilai organisasi tersebut menunjukkan "bias anti-Israel". Pengumuman oleh pemerintahan Presiden Donald Trump diikuti beberapa jam kemudian oleh Israel yang juga berencana keluar dari lembaga budaya dan pendidikan tersebut.

Sementara itu, Prancis menegaskan bertahan dan mendukung lembaga tersebut. UNESCO memiliki peran penting dalam pendidikan, perlindungan warisan dan perang melawan radikalisasi.  Tapi, Paris menilai  lembaga itu memerlukan gagasan baru, kata Kementerian Luar Negeri Prancis pada Kamis (12/10), untuk memperoleh kembali kepercayaan semua negara anggota.

"Lebih dari sebelumnya, UNESCO memerlukan gagasan yang berkumandang di semua negara anggotanya, yang akan memulihkan kepercayaan, mengatasi perpecahan politik dan didedikasikan semata-mata pada misi utama UNESCO," kata Juru Bicara Kementerian itu Agnes Romatet-Espagne.

Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut baik langkah AS tersebut dengan mengatakan: "Ini adalah keputusan berani dan bermoral, karena UNESCO telah menjadi teater yang tidak masuk akal. Alih-alih melestarikan sejarah, mereka mendistorsinya."

Organisasi tersebut terkenal dengan daftar warisan dunia dari situs budaya dan alam yang luar biasa namun sering menarik kemarahan Israel dan administrasi Trump atas serangkaian keputusan, termasuk Hebron, sebuah kota di bagian selatan yang diduduki Palestina, sebagai situs warisan dunia Palestina.

Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, mengungkapkan penyesalan mendalamnya atas keputusan AS tersebut. "Ini bukan hanya tentang Warisan Dunia," katanya.

Menurutnya, kasus ini sebagai kerugian bagi organisasi dan AS. "Pada saat konflik terus memecah-belah masyarakat di seluruh dunia, sangat disesalkan Amerika Serikat menarik diri dari badan PBB yang mempromosikan pendidikan untuk perdamaian dan melindungi budaya yang diserang. Ini adalah kerugian bagi keluarga PBB. Ini adalah kerugian multilateralisme," imbuhnya.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan berusaha untuk "tetap terlibat ... sebagai negara pengamat non-anggota untuk menyumbangkan pandangan, perspektif dan keahlian AS".

Penarikan diri tersebut mulai berlaku pada 31 Desember 2018.

Pada 2011, AS membatalkan kontribusi anggarannya kepada UNESCO sebagai protes terhadap pengakuan Palestina sebagai anggota.

Duta Besar Israel Danny Danon mengatakan penarikan diri AS adalah bukti bahwa resolusi yang tidak masuk akal dan memalukan terhadap Israel memiliki konsekuensi. "Hari ini adalah hari baru di PBB di mana ada harga yang harus dibayarkan karena diskriminasi terhadap Israel," tuturnya.

Duta Besar Prancis untuk PBB, Francois Delattre, mengatakan cita-cita UNESCO adalah "bagian dari DNA Amerika" dan bahwa "kita membutuhkan Amerika yang tetap berkomitmen pada urusan dunia."

Menurut sebuah laporan dalam Kebijakan Luar Negeri, keputusan AS juga didorong oleh keinginan pemangkasan anggaran. Kebijakan Luar Negeri melaporkan, keputusan untuk menarik diri telah dilakukan beberapa pekan yang lalu selama sidang majelis umum PBB di New York, dan diambil alih kepala pejabat yang berpendapat AS harus menunggu sampai proses pemilihan UNESCO selesai.

AS sebelumnya pernah mengundurkan diri dari UNESCO di bawah Ronald Reagan, dan bergabung kembali di bawah pemerintahan George W Bush, demikian sebagaimana dilansir dari The Guardian.

Editor: HAR