Menapaki Sejuta Pesona “Si Cantik” Rinjani II

Penulis: Rio Indrawan - Waktu: Sabtu, 9 Agustus 2014 - 07:29 AM
Credit by: Pelawangan Sembalun atau biasa disebut Negeri di atas awan (PIN)

Lombok, PINews.com - Jika perjalanan menuju puncak Rinjani diatur dengan baik kita bisa tiba di Pelawangan Sembalun menjelang sore hari, sesampainya di sana beristirahatlah yang cukup karena malamnya, pendakian sebenarnya akan dimulai, yakni menuju dataran tertinggi ke 3 di Indonesia puncak Rinjani. Akan tetapi sambil beristirahatlah sempatkanlah waktu menikmati suasana malam di pos 4 ini, nikmati makan malam diluar tenda maka anda akan dimanjakan oleh suasana yang tidak kalah menakjubkan seperti di siang hari, karena makan malam anda ditemani langsung oleh miliaran bintang yang bertaburan di langit. Suasana dan pemandangan yang tidak akan anda dapatkan ditengah kota.

Sekitar pukul 12 malam persiapan menuju puncak bisa dilakukan. Jika anda ingin mengejar untuk melihat sunrise di puncak maka disarankan anda untuk berjalan lebih awal. Waktu tempuh dari pos 4 menuju puncak adalah sekitar 4-6 jam, itu jika dilakukan dengan santai. Jika anda memang mempunyai tenaga lebih dan mengejar waktu maka waktu tempuh bisa dipangkas dengan hanya menjadi sekitar 2-3 jam. Waktu tempuh ini lah waktu normal bagi para pendaki asing, sedangkan pendaki lokal biasanya lebih santai. Bawalah perbekalan secukupnya terutama makanan ringan yang juga bisa menambah energi dan jangan lupa bawa air secukupnya jangan sampai anda kekurangan air. Karena kondisi jalur pasir yang berdebu bisa membuat anda cepat haus.

Ketika persiapan semua siap maka pendakian menuju puncak bisa dilakukan. Kondisi jalur menuju puncak pada awalnya merupakan jalur tanah yang masih mudah untuk dilalui, akan tetapi semakin menanjak maka anda akan dihadapkan dengan jalur berpasir yang semakin sulit untuk dilalui. Mendekati puncak maka jalur akan semakin berat karena kondisi jalur tidak hanya berpasir akan tetapi juga kerikil dan berbatu yang semikin menyulitkan kaki untuk melangkah, belum lagi kemiringan jalur yang mulai ekstrim.  Tapi lagi-lagi Rinjani menyisipkan keindahan yang mampu menghilangkan rasa lelah saat perjalanan menuju puncak. Anda bisa melihat hamparan dataran tanah Nusa Tenggara yang berbatasan langsung dengan laut. Selain itu, danau Segara Anakan terlihat begitu cantik dan anggun. Ketika matahari mulai muncul malu-malu dari timur, maka warna disekitar air danau akan menjadi biru kemerahan, dengan berlatar bukit yang mengelilinginya serta langit yang berubah menjadi kuning keemasan menjadikan sunrise anda sempurna. Meskipun kaki semakin berat untuk  melangkah menuju puncak, namun mata anda tidak akan berhenti dimanjakan oleh keindahan danau Segara Anakan yang semakin cantik saat matahari semakin meninggi warna air akan berubah menjadi biru hijau tosca. Hal itu lah yang lagi-lagi menjadi obat dari rasa lelah.

Setelah menempuh perjalanan melelahkan sekitar 5 jam, akhirnya saya menginjakan kaki di tanah tertinggi ketiga di Indonesia diketinggian 3.726 mdpl, puncak Gunung Rinjani. Puncak Rinjani tidaklah terlalu besar luasnya hanya sekitar 100-200M2. Untuk itu jika musim pendakian sedang ramai, anda disarankan untuk berhati-hati karena kondisi tanah di puncak juga masih labil. Dari puncak kita bisa melihat Kepulauan Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram dan sekitarnya serta laut yang mengelilinginya. Tidak hanya itu, puncak Gunung Agung yng terletak di Bali juga dapat terlihat jelas. Sungguh sebuah pemandangan spektakuler yang pasti membuat siapa saja yang melihatnya terkagum-kagum.

“Amazing, Saya pernah kebeberapa gunung di tempat saya berasal tapi disini sungguh berbeda, benar-benar indah” kata salah seorang pendaki asal Kanada.

Pun bagi anda yang tidak menyukai keramaian di atas puncak atau yang memang tidak cukup tenaga untuk mencapai puncak, anda bisa saja menikmati pemandangan di punggungan Rinjani. Pemandangan yang ditawarkanpun tidak akalah cantik seperti yang di puncak. Karena dilihat dari sisi manapun danau Segara Anakan benar tetaplah mempesona.

“Diatas sana suasananya menggila dan sangat ramai karena orang antri untuk berfoto, saya memilih disini karena suasana tenang, menikmati keindahan danau pun lebih puas ditengah kesunyian” kata seorang pendaki yang berasal dai California, AS.

Danau Segara Anakan memang menjadi magnet tersendiri dan daya tarik luar biasa. Danau ini terbentuk akibat letusan dahsyat ratusan tahun lalu dimana Gunung RInjani  utuh yang hancur membentuk kaldera raksasa. Kaldera yang sudah tidak aktif selama ratusan tahun pun terisi oleh air dan membentuk danau cantik. Ditengah danau lahir gunung baru yang bernama Gunung Baru Jadi yang dalam bahasa Sumbawa disebut dengan Gunung Baru Jari. Gunung baru Jari yang tingginya beberapa ratus meter inilah yang saat ini dalam kondisi aktif. Ketinggian gunung ini pun terus bertambah seiring berjalannya waktu.

“Beberapa tahun lalu tingginya belum seperti sekarang, akan tetapi sekarang sudah sangat tinggi, bukan tidak mungkin nanti ratusan tahun lagi Gunung Baru Jari lebih tinggi dari Rinjani” tutur salah seorang porter yang saya temui saat turun dari puncak menuju kembali lagi ke Pelawangan Sembalun.

Setelah mendengar berbagai cerita tentang danau, tidaklah lengkap memang rasanya jika ke Rinjani tidak singgah di Danau Segara Anakan, akhirnya saya putuskan untuk turun ke danau dan memilih jalan pulang melewati jalur Senaru. Setelah beristrirahat, perjalanan ke danau pun dimulai. Jalur menuju danau diawali dengan turunan terjal bebatuan namun selebihnya datar dan kita akan ditemani keindahan padang sabana.

Jika kita lihat dari atas danau yang terlihat sudah sangat besar dan luas, ketika sudah mencapai bibir danau, kita seakan disambut lautan luas yang dikurung tebing bebatuan serta terdapat gunung ditengahnya. Lagi-lagi mata saya seakan tidak dapat berkedip karena terasa sayang untuk melewatkan keindahan yang ada di depan mata.

Sampai di danau kita bisa beristirahat sembari memancaing ikan yang memang hidup disana. Mujair dan ikan mas bisa menjadi menu makanan yang bisa disantap dengan berbagai olahan. Saya pun mencoba memancing dengan perlengkapan seadanya, dan benar saja belum lama melempar kan tali pancing, umpan sudah dimakan, ikan mujair berukuran sedang pun tertangkap, kemudian berturut turut ikan sudah tertangkap dan dalam tempo 20 menit sudah tertangkap 10 ikan lebih. Menu ikan bakar dan ikan goreng pun menjadi menu santap sore yang sangat lezat, terlebih memang jarang bisa makan ikan diatas gunung.

Setelah menyantap ikan, saatnya bersiap untuk turun gunung melalui Senaru. Judulnya memang turun gunung, akan tetapi jika kita melewati jalur Senaru kita diharuskan untuk mendaki gunung dengan jalur bebatuan, tidak jarang kita harus memanjat tebing bebatu. Waktu tempuh dari danau menuju ke Pelawangan Senaru adalah sekitar 3 jam. Baru dari Pelawangan Senaru kita menemui jalan menurun yang ditempuh sekitar 6-7 jam untuk mencapai pos pendakian Senaru di Desa Senaru.

Perlu waktu cukup panjang memang untuk menapaki jejak ke puncak Gunung Rinjani, akan tetapi pengalaman yang didapatkan bisa terbayar tuntas dengan keindahannya dan kehidupan manusia diatasnya baik masyarakat lokal maupun para pendaki. Namun ada catatan yang sekiranya bisa menjadi bahan koreksi bagi seluruh pihak yang bertanggung jawab dengan keadaan lingkungan Rinjani yakni pihak Taman Nasional Gunung Rinjani dan tentu saja masyarakat.

Catatan pentingnya adalah masalah kebersihan yang bisa dibilang sudah tidak terjaga. Bayangkan saja ditempat sumber air banyak sampah berserakan, berbagai limbah bekas air minum kemasan juga bisa kita temui banyak dijalur menuju puncak Rinjani. Miris memang sebuah gunung yang megah dan terkenal keindahannya diseluruh dunia kondisi kebersihannya justru sangat memprihatinkan.

Semoga saja masalah kebersihan ini bisa segera direspon dan diatasi sehingga kondisi lingkungan Gunung Rinjani bisa kembali kita nikmati tanpa harus terganggu oleh adanya samoah yang berserakan.

Editor: Rio Indrawan