Pantai Pribadi Hingga Golden Sunset Yang Menggiurkan di Ujung Genteng
Credit by: Golden Sunset menjadi pemandangan lumrah di Ujung Genteng. Pemandangan yang sangat jarang ditemukan di tempat lain (PINews)

Jakarta, PINews.com - Kesibukan Ibu Kota Jakarta dan kota-kota penyangga disekitarnya pasti sangat menguras energi anda. Bayangkan setiap harinya anda harus berkutat dengan kemacetan dan deadline yang ditentukan tempat kerja. Saat akhir pekan tiba terkadang anda menjadi apatis dengan hiburan yang seharusnya menjadi hak diri anda sebagai penyegaran dari berbagai aktifitas yang dijalankan. Namun sebagai warga Ibu Kota terkadang tujuan tempat hiburan menjadi terbatas, terutama bagi anda pecinta alam.

Saya sendiri mengakui bosan dengan pilihan wisata yang ada disekitar Jabodetabek, atas dasar rasa bosan itulah yang membuat saya mencoba mencari tempat yang berbeda, kebetulan suasana pantai cukup saya rindukan, jadi pantai adalah tujuan saya.

Setelah menjelajah dunia Internet sayapun menemukan sebuah wilayah yang teletak diujung pulau Jawa bagian barat. Sama seperti letaknya yang diujung wilayah yang akan menjadi tujuan liburan saya bernamakan Ujung Genteng.

Tidak mudah ternyata mencapai Ujung Genteng ini, karena kita harus berkendara kurang lebih sekitar 6-8 jam kearah Sukabumi. Pantai Ujung Genteng memiliki karakterisitk umumnya pantai selatan pulau Jawa yang bersih airnya dan ombak yang besar. Walaupun demikian, pantai ini jauh lebih aman dibandingkan pantai pelabuhan Ratu yang terkenal rawan dan berbahaya. Anda pun tidak perlu khawatir, anak-anak dapat berenang di laut dengan aman.

Disarankan anda berangkat pada malam hari, agar tiba di Ujung Genteng pada pagi harinya. Dan benar saja dugaan saya, jika mendatangainya penuh perjuangan maka hadiah pesona alam yang tidak terbayangkan akan kita dapatkan.

Sebenarnya saya sempat kecewa dengan kondisi pantai Ujung Genteng, karena setibanya disana saya hanya mendapati perahu-perahu nelayan yang bersandar secara rapi menunggu senja untuk kembali melaut. Pikir saya “Kemana pantai yang katanya indah, sepi, pasir putih dan air jernih yang dijanjikan di dunia maya?”. Yang saya dapati justru hanya sepinya saja. Melihat saya yang kebingungan, ada seorang nelayan memberikan petujunjuk, bahwa pantai yang saya maksud masih harus berjalan beberapa ratus meter lagi.

Selama menuju pantai ternyata sudah banyak penginapan sederhana yang dibangun warga sekitar untuk para turis, lagi-lagi pikiran saya bertanya dengan hebat “untuk apa penginapan dipantai yang sepi ini?”. pertanyaan itu segera terjawab seiring dengan tibanya saya di pantai Ujung Genteng yang “asli”. Diam dan terkejut menjadi pilihan otak, pikiran saya ketika melihat hamparan pasir putih, mutiara hijau dan biru muda serta biru tua bercampur jadi satu. Kemudia ada para manusia yang dengan lincah meliuk-liuk membelah mutiara biru itu dengan lincahnya.

Sebelum saya mencari tahu siapa yang berelancar dengan hebatnya di laut biru Ujung Genteng, saya memtuskan untuk mencari penginapan terlebih dahulu. Penginapan Pak Budi menjadi pihan terbaik saya dengan letaknya yang tidak terlalu berdekatan dengan penginapan lain dan harganya yang miring membuat pilihan saya tak tergoyahkan untuk memilihnya menjadi tempat saya mengistirahatkan badan setelah perjalanan cukup panjang.

Selesai beristirahat siang harinya saya memberanikan diri menglilingi bibir pantai yang siang itu, warna biru laut pada siang itu benar-benar menakjubkan. Anda disarankan menikmati pemandangan laut di Ujung Genteng sekitar jam 10-2 siang, karena pada saat jam itu adalah jam terbaik laut di Ujung Genteng memamerkan pesona keindahannya. Panas memang menyengat tapi coba duduk nikmati semilir angin dibawah pohon kelapa yang sambil menikmati buahnya tentu saja. Perjalanan panjang semalam suntuk yang melelahkan benar-benar terbayarkan dengan tuntas.

Keindahan Ujung Genteng tidak berhenti sampai disitu saja ternyata, setelah menggali informasi saya diberitahu penduduk sekitar bahwa ada wilayah yang jarang sekali didatangi manusia dan pantainya benar-benar sepi. Warga sekitar hanya menyebut pantai itu dengan nama Pangumbahan. Untuk menuju kesana disarankan untuk membawa kendaraan, karena memang letaknya yang cukup jauh dan kita masih harus melewati sedikit hutan.

Sewalah kendaraan roda dua, atau anda juga bisa diantarkan dengan tarif 30-50 ribu tergantung pintar anda berbego tentu saja. Ditengah perjalanan saya menemukan adanya bangunan permanen yang cukup luas, ternyata Ujung Genteng adalah lokasi penangkarang Penyu yang cukup terkenal. Setiap musim kawin penyu, pantai ujung genteng adalah tempat favorit bagi para penyu untuk bertelur. Penangkaran penyu ini juga dijadikan sebagai bagian dari promosi wisata Ujung Gengteng, tapi berhubung waktu saya datang tidak bertepatan dengan musim kawin, maka saya tidak berlama-lama di penangkaran penyu, dan langsung menuju pantai Pangumbahan yang bisa dikatakan seperti legenda bagi penduduk sekitar.

Legenda itu benar, setelah melewati hutan, semak dan sedikit harus berjalan diujung tebing saya menemukan hamparan pasir putih pantai yang luas membentang. Pasirnya sangat lembut, sepi benar-benar sepi hanya saya yang berada dipantai itu dan beberapa muda-mudi yang sudah terlebih dahulu memecahkan misteri pantai Pangumbahan dan sedang asyik melakukan sesi pemotretan layaknya model papan atas. Deburan ombak begitu keras suaranya, karena sepinya mungkin membuat suaranya menjadi lebih heboh daripada omab-ombak lain pada umumnya. Pasirnya begitu lembut, bahkan anda bisa merasakan pasir beterbangan ketika angin menerpa.

Diam dan menikmati kesunyian menjadi pilihan saya di pantai setelah asyik bermain air dan berkenalan dengan  para muda-mudi yang terlebih dahulu meninggalkan Pangumbahan. Anda dijamin tidak akan pernah menyesal ke sana, karena layaknya memiliki sebuah pulau lengkap dengan pantai Pangumbahannya yang luas.

Kembalinya dari Pangumbahan saya lagi-lagi melihat aksi selancar yang hebat, menurut saya pasti bukan orang biasa mereka, dari gerakannya saja sudah terlihat. Benar saja, rombongan itu ternyata turis asing yang berselancar di Ujung Genteng. Mereka turis sekaligus atlet selancar. Saya pun memberanikan diri berbincang sedikit dengan mereka. Ternyata mereka bukanlah orang sembarangan, selain berselancar mereka menbuat profile tentang spot-spot selancar terbaik di dunia, dan menurut mereka Ujung Genteng sangat layak jika dikatakan sebagai salah satu tempat terbaik di dunia untuk berselancar. “sebelumnya kami di Spanyol, dan sudah seminggu kami disini. Menurut saya tempat ini luar biasa, bisa dibilang ini lebih baik dari pada ombak yang kami dtemukan di Spanyol Ujung Genteng bisa diblang sebagai salah satu tempat terbaik di dunia untuk berselancar,”ujar Jose dari Spanyol, salah satu camera man pembuatan video.

Video profile ini kata Jose dibuat oleh atlet selancar dari beberapa negara seperti Australia, Spanyol, Amerik Serikat dan nantinya akan diupload di berbagai situs khusus para pencari ombak. Jose pun memberitahu saya tentang keberadaan pantai lain di Ujung Genteng yang dikenal dengan pantai Ombak Tujuh, kenapa Ombak Tujuh karena memiliki mbak yang terus berlanjut hingga tidak jarang tujuh ombah bersatu, benar-benar sempurnya bagi peselancar. Ujung genteng memang cocok bagi peselancar. Pantainya yang landai, laut yang tenang namun memiliki ombak yang yang teratur serta tidak mematikan bagi peselancar, jadi tidak salah jika dalam beberapa tahun lagi event-event selancar internaional bisa saja digelar di Ujung Genteng ini.

Menunggu senja atau matahari terbenam di Ujung Genteng ternyata bisa jadi salahsatu menunggu yang paling menyenangkan sekaligus menakjubkan. Sunset disini benar-benar sempurna dengan matahari yang berbentuk telur bulat bersinarkan cahaya kuning keemasan, jadi tidak salah jika sunset disini disebut Golden Sunset. Warna langit berubah drastis menjadi emas saat matahari dengan sungkan merelakan dirinya dilahap oleh laut, sebagai tanda bergantinya siang ke malam.

Sesi foto tentu tidak bisa dilewatkan disaat-saat yang tidak akan anda dapatkan di kota Jakarta. Moment tepat senja di Ujung Genteng untuk mengabadikan persahabatan bisa saya lihat dengan jelas di sekitar saya saat para remaja yang juga sedang berlibur merekam senja di Ujung Genteng dengan lensa-lensa kamera mereka.

Malam hari dujung genteng bukan berarti kesepian yang menemani, justru menikmati malam di Ujung Genteng menjadi salah satu malam favorit dalam hidup saya pribadi. Dipinggir pantai Pak Budi sang pemilik penginapan menghidangkan berbabagi jenis macam ikan yang siap dibakar lengkap dengan lalapan dan sambalnya. Sayapun bergabung dengan pengunjung lainnya dari penginapan pak budi untuk berbaur bersama yang ternyata para muda-mudi yag saya temui di pantai Pangumbahan. Bernyani ditengah api unggun yang mengahngatkan dengan beratapkan miliaran bintang dpinggir laut, benar-benar suasana lengkap dan sempurna untuk mengakhiri liburan singkat di Ujung Genteng.

Cara Ke Pantai Ujung Genteng

Rute jika anda backpacker
Jakarta – Bogor – Sukabumi – Lembur Situ – Surade – Ujung Genteng
• Jakarta – Bogor Rp 8.000,-
• Bogor – Sukabumi (elf) Rp 10.000,-
• Sukabumi – Lembur situ Rp 3.000,-
• Lembur Situ – Surade Rp 15.000,- sampai dengan Rp 20.000,-
• Surade – Ujung Genteng Rp 10.000,- per orang

Perjalanan bisa mencapai 12 jam. (karena waktu transit yang lama)


Rute Jika naik transportasi sendiri

Rute 1 Jakarta – Ciawi – Cicurug – Cibadak = 2,5 jam… Kemudian.. Cibadak – Pelabuhan Ratu – Cikembar – Jampang kulon – Surade – Ujung Genteng total perjalanan kurang lebih 8,5 jam

Rute 2. Jakarta – Ciawi – Cicurug – Cibadak – Sukabumi – Jampang Tengah – Jampang Kulon – Surade -Ujung Genteng kurang lebih 7 jam

Harga bisa berubah sesuai tarif angkutan dan harga BBM.

Editor: RI