“Semut Merah” Tegaskan Komitmen Kawal Kemajuan Pariwisata Di Purwakarta
Credit by: Kemegahan Gunung Bongkok diantara perumahan warga (PIN)

Purwakarta, PINews.com - Sektor pariwisata di Indonesia dalam beberapa tahun kebelakang mengalami perkembangan yang cukup impresif dan mengesankan. Hal ini tidak bisa dipungkiri akibat pesatnya penyebaran informasi melalui media sosial seperti Instagram misalnya mengenai tempat-tempat menarik di berbagai tanah air.

Salah satu wilayah yang juga kecipratan dampak dari penyebaran informasi tempat wisata melalui media sosial adalah Kota Purwakarta. Selama ini yang selalu kita ketahui tentang kota yang berjarak 2 jam perjalanan dari Ibu Kota Jakarta ini adalah terdapat bendungan Jatiluhur yang berfungsi selain sebagai pengairan lahan penduduk juga memiliki fungsi utama yakni menghasilkan energi listrik dari air.

Selama bertahun-tahun Bendungan Jatiluhur menjadi primadona wisata di Purwakarta. Namun hal itu seketika berubah setidaknya dalam satu tahun terakhir ketika para pelancong dibuat terperangah dengan keberadaan beberapa gunung maupun tempat wisata lain yang memilki keindahan yang tidak pernah terbayangkan bisa ada di Purwakarta.

Gunung Lembu, Gunung Bongkok dan Gunung Parang adalah trio pujaan baru bagi para traveler tanah air maupun manca negara. Ratusan bahkan ribuan wisatawan pun mulai berbondong-bondong mulai mendatangi dan ingin “mencicipi” keindahan yang ditawarkan ketiga gunung yang jaraknya juga berdekatan itu.

Melihat semakin banyaknya wisatawan dari luar daerah membuat putra-putri asli Purwakarta sedikit tersentak karena tidak mau keindahan dan kealamian tempat wisata di Purwakarta terganggu karena begitu banyaknya manusia-manusia baru yang menjejakkan kaki di kota kelahiran mereka.

Adalah Semut Merah yang menjadi salah satu inisiator pergerakan dalam bentuk komunitas yang fokus turut serta memajukan sektor pariwisata Purwakarta sekaligus menjaga keasriannya.

Riza Ahmad Gozali selaku ketua komunitas Semut Merah mengungkapkan bahwa salah satu fokus komununitas yang didirikan di Puncak Gunung Bongkok ini mengajak para generasi muda Purwakarta untuk turut serta mempromosikan wisata di Purwakarta sekaligus melindungi destinasi wisata baru dari para oknum yang hanya ingin mencari untung tanpa mengindahkan kelestariannya.

“Warga Purwakarta harus siap pasang badan menjaga alam dari kepentingan segelintir orang, sehingga di masa depan generasi selanjutnya masih dapat menikmati kealamian dan keindahan alam Purwakarta” papar Riza saat ditemui tim portalindonesianews.com di Gunung Bongkok, Purwakarta beberapa waktu lalu.

Komunitas Semut Merah diharapkan bisa menjadi wadah bagi masyarakat Purwakarta khususnya, untuk bersama-sama berbagi ilmu tentang alam dan ikut serta menjaga kelestariannya, khususnya yang berada di Purwakarta.

Meskipun masih terbilang muda tapi tindakan nyata sudah ditunjukkan komunitas Semut Merah untuk memantapkan eksistensi dan menegaskan tujuan awalnya dengan menggandeng pemerintah Purwakarta bersama-sama mengawal perkembangan sektor wisata di sana.

Keberadaan Semut Merah pun disambut positif masyarakat Purwakarta. “Waktu awal berdiri beberapa bulan lalu jumlahnya tida seberapa, tapi sekarang sangat banyak dan sangat pesar perkembangannya yang ingin bergabung,” tutur Riza. Lebih lanjut Riza mengungkapkan anggota Semut Merah tidak hanya terbatas para generasi muda atau yang duduk dibangku sekolah atau kuliah.” Banyak juga rekan-rekan adalah seorang karyawan kantor, pokoknya anggota kita sekarang sangat beragam,” tambahnya.

Apa yang dilakukan komunitas Semut Merah ada bagusnya diikuti juga di daerah lain yang kini mendadak terkenal karena meningkatnya popularitas destinasi wisatanya. Dengan adanya komunitas yang giat mengawal perkembangan pariwisata di suatu daerah maka kemajuan warga akibat pariwisata akan berjalan seimbang dengan kelestarian alamnya yang tetap terjaga.

Untuk diketahui beberapa tempat wisata lain yang sudah banyak dilirik wisatawan baik lokal maupun asing selain Gunung Lembu, Bongkok dan Parang terdapat Curug Cipurut, Situ Wanayasa, Situ Buleud.

Editor: RI