Ternyata Tidak Ada Istilah Lahar Dingin
Credit by: Banjir lahar hujan Gunung Kelud (Istimewa)

Jakarta, PINews.com - Setelah sebuah gunung meletus biasanya selalu diikuti dengan peristiwa turunnya sisa lahar dari lereng gunung yang meletus ke wilayah kaki gunung. Peristiwa itu biasa kita sebut dengan banjir “Lahar Dingin”.

Namun siapa sangka, istilah yang terasa familiar itu ternyata salah kaprah. Dilansir dari Belantaraindonesia, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono membuat status khusus soal salah kaprah istilah itu dalam laman pribadi Facebook-nya.

Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana ( PVMBG ) Badan Geologi yang pada 2007 memantau langsung geliat Gunung Kelud ini menegaskan, hanya ada istilah "lahar letusan" dan "lahar hujan" dalam "kamus" letusan gunung.

"... Ijin berbagi info, "lahar" yg merupakan asal Indonesia telah diadopsi secara internasional. Ahli2 gunungapi dunia telah menggunakan "lahar" dalam makalah2 ilmiah. Lahar adalah sdh diadopsi scr internasional” Kata Surono dalam laman Facebook-nya.

“Masa kita yg melahirkan kata "lahar" tdk mengetahui "lahar letusan" dan "lahar hujan". Mungkinkah kita yg menciptakan kata lahar scr internasional tdk dpt bedakan "lahar hujan" dan "lahar letusan"? Semua bergantung pada kita sbg sumber asal kata lahar sbg istilah internasional. ..." tambahnya.

Secara sederhana, lahar letusan adalah material vulkanik yang dilontarkan saat gunung meletus. Adapun lahar hujan adalah lahar letusan yang menumpuk di sekitar kawah gunung yang kemudian dialirkan oleh hujan.

Beberapa jam sebelum teguran soal asal kata "lahar" tersebut, Surono juga mengunggah di laman Facebook - nya itu soal definisi dari lahar hujan dan lahar letusan.

Menurut Surono, lahar letusan adalah lahar hasil letusan gunung api yang menyemburkan air dalam kawahnya, bercampur dengan abu, kerikil, batu, dan material lain. Lahar letusan terjadi saat gunung api yang memiliki danau kawah meletus. "Lahar letusan pasti panas," tulis dia.

Sementara itu, lanjut Surono, lahar hujan adalah lahar yang disebabkan oleh bercampurnya air hujan dengan material letusan berupa batu, abu, dan material lainnya, yang kemudian bergerak mengikuti alur lembah atau sungai yang berhulu digunung itu.

Surono mengatakan, lahar hujan bisa panas ketika material yang mengalir bersamanya berasal dari awan panas. Bisa juga, kata dia, lahar hujan dingin ketika tak ada material dari awan panas.

Editor: Rio Indrawan