Ini dia Tradisi Menyambut Ramadhan di Berbagai Daerah

Jakarta, PINews.com - Ramadhan 1438 H akan tiba  beberapa hari lagi. Di berbagai daerah di Indonesia, ada beragam tradisi yang dilakukan sebelum mulai melaksanakan puasa sebulan penuh.  Tradisi yang sudah lama berlangsung ini hakikatnya adalah bentuk rasa syukur dan suka cita bagi umat Islam, karena bulan penuh berkah, penuh ampunan dan segala kebajikan akan berkali lipat pahalanya akan segera tiba.

Berbagai tradisi tersebut, meski ada beberapa yang sudah mulai pudar, tetapi masih banyak yang masih berpegang teguh dan menjalankannya. Beberapa daerah menjadikan tradisi tersebut sebagai agenda tahunan untuk mempromosikan daerah dan mengundang wisatawan datang.

Berikut ini beberapa tradisi menyambut ramadhan yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia:

1. Dugderan

Tradisi Dugderan, berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Penyebutan nama Dugderan, konon berasal dari kata “dug” yang diambil dari suara bedug. Biasanya bedug ditabuh berkali-kali, sebagai tanda awal ramadhan segera tiba. Sementara kata “der”, dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug.

Biasanya, tradisi Dugderan dilakukan satu atau dua minggu menjelang puasa Ramadhan. Ritual yang sudah ratusan tahun tgerjadi ini dihadiri ribuan masyarakat, sehingga menjadi semacam pesta rakyat. Berbagai acarapun berlangusng baik tarian, seperti tari Japin dan juga karnaval. Puncak acaranya adalah pengumuman kapan pastinya awal puasa dimulai.

Yang sedikit berbeda kini, tidak lagi terdengar dentuman suara meriam, diganti dengan suara petasan atau bleduran. Bleduran merupakan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Untuk menghasilkan suara dentuman diberi karbit dan disulut api. Di beberapa tempat menggunakan bambu sehingga dikenal dengan meriam bambu.

2. Padusan

Sementara bagi  masyarakat di daerah Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta, kedatangan bulan puasa Ramadhan ditandai dengan melakukan upacara mandi di sumur-sumur atau sumber mata air di tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Tradisi ini dinamakan Padusan.

Ritual Padusan dilakukan dengan maksud untuk membersihkan jiwa dan raga agar seseorang saat menajalankan ibadah puasa sudah bersih lahir dan batin. Kegiatan ini juga dilakukan sebagai upaya membersihkan diri dari segala kesalahan dan dosa yang sudah dilakukan.

3. Meugang

Di Serambi Mekkah, Aceh, Nannggroe Aceh Darussalam (NAD), masyarakat menyambut ramadahan dengan menyembelih kerbau atau kambing. “Meugang” demikian masyarakat Aceh menyebut tradisi menyambut Ramadhan ini. Konon, tradisi ini sudah dilakukan sejak masa raja-raja Aceh terdahulu.

Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging kerbau atau kambing, warga lain dengan suka rela membantu agar semua warga bisa merasakan dan menikmati daging kerbau atau kambing. Tradisi ini biasanya dilakukan saat hari lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.

4. Balimau

Di Padang, Sumatera Barat, masyarakjat menyambut bulan puasa Ramadhan dengan cara berendam atau mandi bersama  di sungai atau tempat pemandian umum. Tradisi membersihkan diri sebelum puasa datang ini oleh masyarakat Minangkabau disebut Balimau.

Kegiatan Baliau biasanya dilakukan sejak matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan Ramadhan. Tradisi ini dimaksud sebagai upaya pembersihan diri baik lahir dan batin agar seseorang siap menjalankan ibadah puasa wajib.

5. Jalur Pacu

Masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, memiliki tradisi menyambut bulan suci Ramadhan dengan nama Jalur Pacu. Tradisi yang mirip dengan lomba dayung ini, digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional.

Suasana sukacita dari tradisi ini terlihat dengan banyakanya warga yang ikut mernjadi peserta atau yang berada di pinggir sungai melihat para peserta mendayung perahu mereka. Perahu-perahu tradisional dihiasi dengan aneka macam hiasan warna-warni sehingga menambah semarak suasana.

Tradisi tahunan ini akan ditutup dengan kegiatan Baliamu Kasai, kegiatan bersuci atau mandi. Kegiatan Balimau Kasai dilakukan menjelang matahari terbenam sebelum malam tiba.

6. Nyorog

Di Ibu Kota Jakarta, Masyarakat Betawi memiliki tradisi Nyorog untuk menyambut bulan puasa. Tradisi ini yakni membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, baik Bapak atau Ibu, Mertua, Kakek dan Nenek, paman dan urutan keluarga yang lebih tua lainnya.

Tradisi Nyorog ini sudah mulai agak memudar bahkan bisa dikatakan menghilang. Tetapi kebiasaan mengirim bingkisan kepada sanak keluarga menjelang puasa masih tetap dilakukan. Mungmin yang berbeda saat ini adalah isi bingkisan yang dikirimkan, disesuaiakan dengan kondisi dan keadaan saat ini.

Tradisi Nyorog ini memiliki makna sebagai pengikat hubungan kekeluargaan dan silaturrahim. Sekaligus juga sebagai pengingat bahwa bulan puasa segera datang. Persiapan diri lahir dan batin harus dilakukan sembari meminta maaf kepada sanak keluarga.

 7. Munggahan

Bagi masyarakat Sunda, Jawa Barat, sebelum Ramadhan tiba biasanya melakukan acara kumpul keluarga, sahabat dan juga teman.  Tradisi yang disebut Munggahan ini dimanfaatkan untuk saling meminta maaf sembari menikmati sajian khas.

Tradisi ini dilakukan oleh hampir semua masyarakat sunda dari semua golongan, walaupun dengan cara yang berbeda sesuai dengan kondii masayakat atau keluarga. Initinya, semua keluarga dan kerabat bisa berkumpul sebelum puasa datang, sehingga momen tersebut untuk saling memaafkan sehingga secara psikologis akan lebih tenang dan siap menghadapi bulan puasa.

8. Nyadran

Masyarakat Jawa Tengah,  dalam menyabut bulan Ramadhan, melakukan tradisi membersihkan makam sanak keluarga. Tradisi yang umumnya dilakukan di wilayah pedesan ini disebut Nyadran.

Nyadran berasal dari kata sadran yang memiliki arti Ruwah-Syaban. Tradisi ini terdiri dari serangkaian upacara seperti membersihkan makam leluhur atau keluarga, menaburi bunga ke makam dan kenduri di makam tersebut.

9. Perlon Unggahan

Di Desa Pekuncen, Jatilawang, Banyumas, Jawa tengah, Masyarakat setempat memiliki tradisi unik sebelum bulan Ramadhan tiba, Perlon Unggahan. Tradisi ini dilakukan seminggu menjelang bulan suci datang.

Rangkaian tradisi ini diawali dengan mendatangi  makam Bonokeling tanpa menggunakan alas kaki sambil menjinjing  makanan. Di makam ini beberapa kasepuhan akan berdoa. Setelah doa usai, dilanjutklan dengan makan besar yang diramaikan oleh warga dimulai.  Mereka percaya, bahwa makanan tersebut dapat menambahkan berkah di bulan Ramadan.

10. Apeman

Masyarakat Jawa, memiliki banyak tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Di Yogyakarta serta beberapa daerah di Jawa tengah ada juga tradisi lain dalam menyambut bulan suci, namanya Apeman. Jika anda mengira Apeman berasal dari nama kue tradisional Apem, berarti perkiraan anda betul.

Masyarakat di Yogyakarta dalam menmyambut ramdahan dengan memasak kue apem. Kue ini disimbolkan sebagai bentuk permohonan maaf atas dosa yang dilakukan.

Demikian beberapa tradisi masyarakat Indonesia dalam menyambut  Ramadhan. Apapun kebiasaan dan tradisinya, poin utamanya adalah memepersiapkan diri agar ibadah dalam bulan yang penuh berkah ini dapat dilakukan dengan perasaan suka cita, dengan hati yang penuh ihlas mengharapkan Ridha Tuhan, Allah SWT.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa.............. 

 

Editor: HAR