Mengaku Rugi Jualan LPG, Keuntungan Pertamina Justru Naik Jadi Rp 32 Triliun
Credit by: Antara Foto

Jakarta, PINews.com – Peningkatan keuntungan pada tahun 2013 berhasil di dapatkan PT Pertamina (Persero) senilai US$3,07 miliar atau setara dengan Rp32,05 triliun, naik sekitar 11% dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 senilai US$2,77 miliar yang setara Rp25,94 triliun. Kenaikan ini selain disokong oleh peningkatan produksi migas dan juga oleh pertumbuhan positif bisnis niaga migas. Meski mengalami peningkatan, Pertamina mengaku masih mengalami kerugian dari bisnis LPG non-subsidi 12 Kg sebesar Rp5,7 triliun.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan untuk persetujuan Laporan Tahunan dan pengesahan Laporan Keuangan Perseroan Tahun 2013..

“Kami sangat bersyukur karena RUPS Tahunan Pertamina dapat digelar hari ini untuk mengesahkan kinerja dan pertumbuhan positif perusahaan di tahun 2013. Pertamina di usianya yang ke-56 terus melakukan transformasi untuk menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia, tumbuh menjadi perusahaan yang sehat, transparan dan siap bersaing dalam percaturan bisnis global,” kata Karen Agustiawan.

Realisasi kinerja keuangan terus membaik dan dapat dilihat dari raihan laba bersih perusahaan sebesar US$3,07 miliar atau setara Rp32,05 triliun di tahun 2013. Laba ini meningkat 11% dari tahun 2012 yang sebesar US$2,77 miliar atau Rp25,94 triliun. Adapun, pendapatan perusahaan juga tercatat mencapai tingkat tertinggi sebesar US$71,1 miliar atau Rp743,11 triliun, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar US$70,9 miliar atau Rp665,30 triliun.

Denganpencapaian ini Pertamina berhasil mempertahankan kinerja keuangan yang positif dalam 5 tahun terakhir dimana laba bersih perusahaan meningkat hampir 97% dibandingkan laba tahun 2009 yang tercatat sebesar US$1,55 miliar dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Di tengah kecenderungan penurunan produksi minyak nasional, produksi migas Pertamina tahun 2013 justru meningkat menjadi 465.220 boepd jika dibandingkan dengan capaian 2012 sebesar 461.630 boepd. Peningkatan ini disokong oleh peningkatan produksi minyak sebesar 202 ribu barel per hari dan gas sebesar 1.528 mmscf per hari. Peningkatan produksi tersebut juga diikuti dengan penambahan cadangan migas yang mencapai 237,31 juta barel setara minyak selama tahun 2013.

Kinerja produksi uap panas bumi untuk pembangkitan listrik juga memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan dan laba bersih perusahaan. Pada 2013, realisasi produksi panas bumi mencapai 21,73 juta ton atau naik 38,5% dibandingkan 2012 yang hanya mencapai 15,69 juta ton.

Selain dari sektor hulu, sector yang juga memberka kontribusi dalam hal mencetak keuntungan perusahaan migas terbesar di Indonesia itu adalah pada bisnis hilir, dimana Pertamina dengan memperkokoh penguasaan pangsa pasar BBM non subsidi dan pelumas di pasar domestik dan gencarnya ekspansi pasar beberapa produk, seperti aviasi, pelumas dan BBM industri ke luar negeri. Ekspor pelumas produk Pertamina telah berhasil menembus 24 negara dan tetap memperkokoh penguasaan pangsa pasar pelumas dalam negeri sebesar 60%.

Prestasi lain yang juga dlaporkan dalam RUPS adalah peningkatan kinerja oleh Pertamina dalam melakukan niaga gas. Pada tahun 2013, niaga gas Pertamina meningkat 147% menjadi 33,8 ribu BBTU dari tahun sebelumnya sebesar 23,1 ribu BBTU.

Sementara itu, untuk penugasan PSO dalam penyaluran BBM dan LPG 3 Kg ke seluruh wilayah Indonesia, Pertamina kembali membuktikan kehandalannya dalam menjaga ketahanan stok serta proses suplai dan distribusi sehingga pasokan kepada masyarakat bisa terjamin dengan baik. Dengan pola distribusi yang paling kompleks dan paling rumit di dunia, Pertamina telah menyalurkan BBM dan LPG 3kg PSO masing-masing sejumlah 46,25 juta Kilo Liter dan 4,4 juta metrik ton ke seluruh pelosok Nusantara. Di tahun 2013, untuk pertama kalinya tercatat penyaluran BBM PSO di bawah kuota yang telah ditetapkan.

Untuk bisnis LPG non-subsidi 12 Kg, perusahaan masih mengalami kerugian sebesar Rp5,7 triliun karena masih menjual di bawah harga pokok pembelian. Namun mulai awal tahun 2014 telah dilakukan penyesuaian harga sebesar Rp1.000 per kg nett, guna mengurangi tingkat kerugian tersebut. Selanjutnya, Pertamina juga telah menyusun rencana untuk menaikkan harga LPG 12 kg secara bertahap sehingga mencapai harga keekonomian pada tahun 2016.

Adapun realisasi investasi Pertamina sepanjang 2013 mencapai rekor tertinggi sebesar US$6,87 miliar atau Rp71,8 triliun yang disokong oleh realisasi investasi hulu dan akuisisi blok-blok migas di dalam dan luar negeri. Realisasi tersebut naik 118% dibandingkan nilai investasi 2012 yang mencapai US$3,15 miliar.

Kinerja keuangan yang terus meningkat telah ikut mendongkrak kontribusi Pertamina bagi penerimaan Negara, baik dalam bentuk dividen maupun setoran pajak. Kontribusi Pertamina bagi penerimaan Negara pada 2013 mencapai Rp78,22 triliun yang terdiri dari Rp9,5 triliun berupa dividen dan Rp68,72 triliun untuk setoran pajak. Kontribusi tersebut meningkat 18,21% dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp66,17 triliun.

Editor: Rio Indrawan