Antam yang Kembali Berburu Emas
Credit by: dinul mubarok

Jakarta, PINews.com -  Arie Prabowo Ariotedjo baru sebulan menjabat sebagai Direktur Utama PT Aneka Tambang. Namun, dia bukan orang baru di Industri pertambangan. Arie sebelum ditunjuk sebagai Direktur Utama dalam RUPST Antam pada 2 Mei 2017, menjabat sebagai Direktur Marketing PT Bukit Asam Tbk, BUMN yang bergerak di pertambangan batu bara.

Kemarin, di sela-sela perbicangan menjelang buka puasa,  Arie menjelaskan beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. “Industri ini sudah jalan dan yang harus kami lakukan saat ini adalah memitigasi risiko serta menjaga kondisi yang sudah bagus ini berjalan. Tentu menjadi tantangan saat ini adalah harga nikel yang terus melemah,” terangnya.

Antam dituntut menyelesaikan beberapa proyek yang saat ini sedang dibangun, mulai dari smelter bauksit di Mempawah bekerja sama dengan PT Inalum, pembangunan pabrik ferronikel di Halmahera Timur yang pada 25 April 2017 telah dilakukan pemasangan tiang pancang perdana; serta optimasi peralatan pabri FeNi III di Pomalaan, Sulawesi Tenggara. “Proyek terakhir sudah selesai termasuk pergantian roof electric smelting furnace,” beber mantan eksekutif di Medco Grup tersebut.

Arie mengakui hal ini tidak mudah di tengah harga nikel yang cenderung melemah saat ini. Oleh karenanya yang dilakukan manajemen adalah mereview proyek yang ada termasuk pabrik di Halmahera Timur.  “Kita tidak bisa mengontrol harga nikel di pasar. Oleh karenanya yang bisa dilakukan adalah mereview biaya dengan melakukan berbagai efisiensi. Proyek yang di Halmahera Timur akan tetap jalan namun kita akan lihat seperti mencari sumber listrik yang lebih murah karena dari keseluruhan biaya adalah 30-40% adalah biaya energi,” tandasnya.

Untuk pembangunan pembangkit listrik di proyek Halmahera Timur, Antam sudah bekerja sama dengan PTBA dan Pertamina.

Arie menambahkan turunnya harga nikel dalam beberapa bulan terakhir ini lebih karena faktor pasokan dan permintaan nikel di pasar. “Saya kita lebih karena faktor pasokan dan permintaan serta aspek psikologis. Khusus ketika Pemerintah Indonesia kembali membuka kran ekspor bijih nikel kadar rendah kemudian Filipina juga ikut mengekspor bijih,” jelasnya.

Selama ini pasar nikel terbesar masih ke China sehingga negara ini menjadi akan menjadi penentu pegerakan harga. Bahkan negeri ini menjadi penentu pergerakan harga dari hampir semua komoditi tambang.    

Tahun ini Antam memasang target produksi 24.000 ton dalam FeNi. Sampai kuartal I tahun ini, Antam mencatat penjualan ferronikel senilai Rp 365 miliar. Dari total penjualan perusahaan, feronikel menyumbang 22% dari keseluruhan perjualan Antam di tiga bulan pertama tahun ini.

Selama ini pasar nikel Antam ke beberapa negara mulai China, India, Vietnam, Korea Selatan. Antam telah menghentikan penjualan ke Eropa karena beberapa pertimbangan.salah satunya sistem pembayaran yang digunakan untuk pasar Eropa adalah sistem CIF dan bukan FOB.

“Salah satunya karena sistem pembayarannya menggunakan sistem CIF (pembayaran ketika barang sampai ke konsumen,Red) dan bukan menggunakan sistem FOB (barang ketika ada diatas kapal,Red). Sementara perjalanan ke sana butuh waktu yang lebih lama,” terang Arie.

Di tempat lain, saat ini Antam juga sudah mulai mengekspor bijih nikel sebanyak 165.000 wet metric ton (wmt) ke China dan tengah mempersiapkan pengapalan selanjutnya. Di tahun 2017 Antam diberi kuota ekspor bijih nikel sebanyak 2,7 juta wmt.

Berburu Cadangan Emas Baru

Emas sejauh ini masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan emas. Ini terjadi setelah Pemerintah menetapkan larangan ekspor bijih nikel pada  12 Januari 2014. Sebelum tahun 2014, nikel masih menjadi penyumbang terbesar untuk pendapatan Antam.

Sayangnya cadangan emas Antam terus menurun oleh karenanya salah satu yang dilakukan Manajemen saat ini adalah mencari sumber baru. Saat ini produksi emas Antam setahun 2 juta ton. Namun mendapat tambahan dari kegiatan pemurnian yang dilakukan dimana setiap tahun sebesar 30 juta ton.

Mengingat cadangan emas kian menipis maka Antam mulai memburu cadangan baru. Untuk meningkatkan cadangan emas dengan akuisisi tambang, eksplorasi dan mencari lokasi baru di tempat yang sebelumnya tidak ada kegiatan penambangan.

Saat ini setidaknya ada beberapa lokasi yang sedang di jajaki yakni di salah satu lokasi dekat dengan tambang PT Freeport Indonesia dan IUP eksplorasi yang dimiliki Antam di Oxibil, Papua. Namun untuk lokasi yang satu ini tantangan terbesarnya dari sisi keamanan karena lokasinya dekat perbatasan dengan Papua Nugini.

Salah satu lokasinya ada di Sumbawa, Propinsi NTB. Antam bahkan sudah bertemu dengan Gubernur NTB. Ini karena kewenangan perizinan sudah menjadi kewenangan Gubernur dan setiap wilayah izin usaha pertambangan baru dilakukan lewat mekanisme lelang.

Selain itu, Antam juga bekerja sama dengan Newcrest Mining, perusahaan tambang asal Australia untuk melakukan kegiatan eksplorasi pada beberapa daerah di Indonesia. Newcrest Mining akan mendukung dengan pendanaan sementara Antam lewat anak usaha Geomin akan menyediakan geologi handal dalam melakukan kegiatan eksplorasi.

“Newcrest menyediakan dana dan kami menyediakan tenaga. Jika ditemukan cadangan dan kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi dan eksploitasi maka dana yang dikeluarkan akan dihitung sebagai pinjmana. Tetapi kalau tidak ditemukan cadangan maka dianggap hilang,” kata Arie.

Editor: HAR