Pangkat Terangkat Berkat Penaikan Bendera Duplikat
Credit by: net tv

Jakarta, PINews.com - Beruntunglah  bagi prajurit TNI atau anggota Polri  yang diberi kepercayaan oleh pimpinan TNI dan Polri menjadi komandan upacara peringatan  HUT Kemerdekaan Indonesia yang digelar di Istana  Merdeka, Jakarta Pusat saban 17 Agustus tiap tahunnya.  Tak sembarang orang bisa menjadi komandan pengibaran duplikat bendera pusaka. Apalagi peringatan Detik-Detik Proklamasi melalui pengibaran bendera pusaka itu dipimpin langsung oleh inspektur upacara presiden didampingi wakil presiden, para menteri/pejabat setingkat menteri, para pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara serta  duta besar/perwakilan asing di Indonesia. Sebuah tim dibentuk untuk menyeleksi para calon komandan upacara HUT RI di Istana Merdeka. Para calon datang dari tiga Angkatan dan Polri. Para utusan tiga Angkatan dan Polri itu juga melewati serangkaian seleksi di angkatannya masing-masing. 

Selama 10 tahun terakhir (2007-2016), TNI AD menguasai posisi komandan upacara pengibaran  duplikat bendera pusaka di Istana Merdeka. Enam kali sudah, para perwira menengah berpangkat kolonel dari  lingkungan TNI AD mendapat kepercayaan menjadi komandan upacara penaikan bendara. Mereka adalah Kolonel Inf Dedi Kusnadi Thamim (Akmil 1983) menjadi komandan upacara pada 2007, Kolonel Inf I Made Agra Sudiantara (Akmil 1985) jadi komandan upacara pada 2008,  Kolonel Inf Agus Sutomo (Akmil 1984) menjadi komandan upacara pada 2009, Kolonel Inf Sony Aprianto (Akmil 1990) menjadi  komandan upacara pada 2012, Kolonel Inf Teguh Pudjo Rumekso (Akmil 1991) menjadi komandan upacara pada 2014, dan terakhir Kolonel Inf Putra Widiastawa (Akmil 1995) yang didapuk jadi komandan upacara pada 2016.

Sementara itu, sisa empat komandan upacara  lagi dibagi masing-masing tiga untuk  TNI AL  dan satu untuk TNI AU. Tiga perwira menengah TNI AL yang pernah menjadi komandan upacara di Istana Merdeeka adalah Kolonel (Pelaut) Iwan Isnurwanto (AAL 1988) yang menjadi komandan upacara pada 2010, Kolonel (Laut) Yeheskiel Katiandagho (Akmil 1990) yang ditunjuk jadi komandan upacada para 2011, dan Kolonel (Mar) Umar Farouq (Akmil 1993) pada 2015. Sedangkan satu-satunya wakil TNI AU adalah Kolonel Penerbang Ronald Lucas Siregar (Akmil 1992) yang menjadi komandan upacara pada 2013.

Ada beberapa hal yang perlu dicermati dari penugasan 10 orang perwira menengah berpangkat  kolonel di tiga angkatan ini.

Pertama, ada dua lulusan terbaik yang diberi kepercayaan oleh  pimpinan TNI menjadi komandan upacara. Siapa mereka? Ke satu, Kolonel I Made Agra Sudiantara. Beliau adalah lulusan terbaik alias peraih Adhi Makayasa Akmil 1985.  Saat itu yang bersangkutan menjabat Asisten Operasi Kasdam Jaya.  Kedua, Kolonel Inf Teguh Pudjo Rumekso. Teguh adalah lulusan terbaik Akmil 1991. Saat ditugasi menjadi komandan upacara pada 2014, Teguh  menjadi Pejabat Utama Biro Pengamanan Setmilpres.

Kedua, hanya satu orang yang kariernya melesat setelah menjadi komandan upacara, yaitu Kolonel Agus Sutomo. Karier Agus melompat kencang setelah menjadi Komandan Upacara HUT RI di Istana Merdeka pada 2009 saat menjabat Danrem Suryakencana. Kurang dari setahun kemudian, Agus promosi menjadi Kepala Staf Divisi I/Kostrad dengan pangkat brigadier jenderal. Masih pada 2010, Agus promosi menjadi wadanjen Kopassus. Setahun kemudian, pangkat Agus naik menjadi mayjen karena dipercaya menjadi Danpaspampres.

Tak lama di sini, pada 2012 Agus didapuk jadi Danjen Kopassus untuk kemudian pada 2014 diangkat sebagai Pangdam Jaya. Saat pergantian Presiden dari SBY ke Jokowi, Agus ikut promosi menjadi Komandan Kodiklat TNI AD pada 2015 dengan pangkat letnan jenderal. Selepas itu, pdaa 2016 Agus mutasi menjadi Dansesko TNI dan sejak awal tahun ini dimutasi lagi menjadi Irjen Kementerian Pertahanan.

Ketiga, perwira menengah yang cepat promosi  jadi brigjen selain Agus Sutomo.  Setelah menjadi komandan upacara HUT RI di Istana Merdeka, Kolonel Teguh Pudjo Rumekso promosi menjadi Danrem 172/Praja Vira Yakhti di Papua. Sebentara saja di sana, Teguh promosi menjadi Wakil  Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) di Bandung. Karier Kolonel Teguh diperkirakan bakal moncer dan bahkan berpotensi menjadi calon pimpinan TNI AD di masa depan selain Kasdam Jaya saat ini Brigjen Inf Eko Margiyono (Akmil 1989), Kasdam Iskandar Muda Brigjen Achmad Daniel Chardin (Akmil 1990) cum lulusan terbaik Seskoad 2004, dan Wadanjen Kopassus saat ini Brigjen (Inf) Richard TH Tampubolon  yang jebolan Akmil 1990.

Keempat, ada satu perwira  menengah yang sejatinya, kalau masih hidup, minimal bintang tiga sudah berada pada genggamnnya. Dia adalah  Kolonel Inf Made Agra.  Karier Made Agra termasuk cepat. Ini ditunjang oleh pengalaman tempur dan rekam jejaknya yang bagus. Tak heran, pos-pos strategis pascamenjadi komandan upacara di Istana Merdeka berada digenggamannya. Pernah menjadi Danrem 173/Praja Vira Braja pada 2010 kemudian ditarik sebentar jadi  perwira bantuan Mabesad, beberapa  bulan kemudian promosi menjadi  wakil asisten operasi Kasad dengan pangkat brigjen pada 2012. Sebentar saja di sini karena beberapa bulan kemudian  promosi menjadi Kasdam XVII/Cendrawasih. Kurang dari setahun bertugas di  Papua, pimpinan TNI AD menariknya ke Jakarta menjadi staf khusus dengan pangkat mayjen.  Beberapa bulan kemudian Made didapuk jadi Komandan Pussenif. Namun, takdir berkata lain. Pada 23 Desember 2013, saat berusia 51, Made menghadap sang Khalik terkena serangan jantung. Padahal, kans Made untuk, minimal memiliki pangkat letnan jenderal dengan posisi Pangkostrad, Dankodiklat, Wakasad, Sesmenpolhukham, Sekjen Kemhan, Irjen Kemhan, Dan Sesko TNI atau Sekjen Wattanas, atau pun Wagub Lemhanas, sangat terbuka. 

Kelima, hanya satu orang yang sudah pensiun dengan pangkat terakhir mayor jenderal, yaitu Mayjen Dedi Kusnadi Thamim. Saat menjadi komandan upacara, Dedi menjabat Asisten Operasi Kasdam Jaya. Selepas itu, kariernya terus meroket. Dimulai dari Danrem 163/Wirasatya, Inspektur Kodam VII/Wirabuana (kini Hasanuddin), dan Sekretris Pusenif Kodiklat AD. Jabatan brigjen diraih saat menjabat Pati Ahli Kasad Bid. Jemen & Sishanneg.  Pada 2011, dedi diangkat jadi Kasdam IV/Diponegoro. Setahun kemudian jadi Komandan Pusat  Kesenjataan Infater Kodiklat TNI AD. Pada tahun yang sama, Dedi dapuk jadi Asops Kasad. Pada 2013, Dedi menjabat Pangdam III/Siliwangi. Dua tahun kemudian, Dedi diminta oleh pimpinan TNI menjadi Dankodiklat TNI serta pensiun pada 2016 dengan jabatan Staf Khusus Kasad.

Keenam, hanya ada satu perwira menengah non-TNI AD yang   sudah menjadi perwira tinggi, yaitu Iwan Isnurwanto. Saat menjadi komandan upacara pada 2010, jebolan  AAL 1988 itu menjadi Komandan Pangkalan TNI di Batam, Riau. Tujuh tahun kemudian,  persisnya pada Januari 2017, Iwan promosi menjadi bintang satu dengan pangkat Laksamana Pertama dengan kabatan Sahli Kasal Bidang Soskumdang.

Di luar nama-nama tersebut, hingga saat ini, para mantan komandan upacara  peringatan HUT RI di Istana Merdeka masih berpangkat kolonel. Yeheskiel Katiandagho, Komandan Kopaska Armada Laut Timur saat menjadi komandan upacara pada 2011, setelah  melewati berbagai posisi, mulai dari Asintel Danguskamlatim  pada 2013 dan Komandan Pusdiksus Kobangdikal  pada 2015, kini menjadi Paban I Aspotmar Mabesal. Kolonel (Inf) Sony Aprianto,  yang  saat menjadi komandan upacara menjabat Komandan Brigadir I PIK/JS, pada akhir Desember 2016 menjabat Asintel Kasdam Jaya.  Sementara itu, Kolonel Penerbang Ronald Lucas Siregar kini dipercaya menjadi Komandan Pangkalan TNI AU di Palembang. Kolonel (Mar) Umar Farouq, komandan upacara pada 2015, yang saat itu menjadi Kepala Departemen Marinis (Kadepmar) di lingkungan AAL, kini promosi menjadi Dan Brigade 3/Marinir.

Sementara itu, komandan upacara 2016, yaitu Kolone (Inf) Putra Widiastawa, yang saat itu menjabat Komandan Brigif 22 Kodam VII Wirabuana kini menjabat  Asisten Operasi Kasdam XIII/Merdeka. (***)

Editor: DRR