Duplikat Bendera Pusaka Diturunkan, Pangkat Kian Mekar
Credit by: angkasaonline

Jakarta-PINews.com- Bersyukurlah para prajurit TNI/Polri yang  berkesempatan menjadi komandan upacara saat penurunan duplikat bendera pusaka di Istana Merdeka pada setiap tanggal 17 Agustus. Maklum, rerata komandan upacara penurunan  duplikat bendera pusaka di Istana adalah jalur lempang menuju karier dan pangkat yang lebih tinggi. 

Pada periode 10 tahun terakhir, perwira menengah berpangkat kolonel/komisaris besar yang beroleh kepercayaan menjadi komandan upacara penurunan duplikat bendera pusaka di Istana Merdeka dipimpin oleh TNI AL dengan empat orang wakil, TNI AD tiga orang wakil, TNI AU dua orang wakil, dan Polri satu orang wakil.

Mari kita bedah satu per satu, dimulai dari tahun kemarin. Pada 2016, komandan upacara penurunan duplikat bendera pusaka di Istana Merdeka adalah Kolonel (Pnb) Benny Arfan, jebolan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1995. Jabatan terakhir yang dipegang Benny saat jadi komandan adalah Kepala Dinas Operasi Lanud Sultan Hasanuddin. Pada 2015, komandan upacara dijabat Kolonel Inf Bambang Trisnohadi (Akmil 1993) dengan jabatan asisten operasi Kasdam VI/Mulawarman. Pada 2014,  komandan upacara dijabat Kombes Pol Suhendri (Akpol 1993) yang saat itu menjabat Komandan Satuan Brimob Polda Jambi.

Pada 2013, komandan upacara dijabat oleh Kolonel Inf I Nyoman Cantiasa (Akmil 1990) yang saat itu menjabat Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Danpusdikpassus). Pada 2012, perwira menengah yang ditunjuk jadi komandan upacara adalah Kolonel (L) Agoeng Mohammad Kancana (AAL 1991). Saat itu, Agoeng menjabat

Asisten Operasi Guspurlabar. Setahun sebelumnya, komandan upacara dipegang oleh Kolonel  (Pnb) Haris Haryanto (AAU 1990). Haris saat itu menjadi Komandan Wing Udara 3 Lanud Iswahyudi.

Pada 2010,  komandan upacara dipimpin Kolonel (Inf) Doni Monardo (Akmil 1985) yang saat itu menjabat Danrem Suryakencana. Pada 2009, Kolonel (PSK) Tehodorus Seto Purnomo (AAU 1985) didapuk jadi komandan upacara. Saat itu yang bersangkutan adalah Komandan Grup C Paspampres.

Setahun sebelumnya, komandan upacara dijabat Kolonel (Mar) Bambang Suswantono (AAL 1987). Bambang saat itu menjabat perwira bantuan operasi Asops Dankormar. Pada 2007, Asisen Operasi Kolinlami Jakarta Kolonel (L) Barkah Suheryanto dipercaya menjadi komandan upacara.

Di mana keberadaan 10 perwira menengah yang pernah menjadi komandan upacara penurunan duplikat bendera pusaka di Istana Merdeka itu  kini berada? Mari kita selisik!

Pertama, ada tiga orang yang kini memperoleh dua bintang di pundaknya. Ketiganya berasal dari tiga angkatan berbeda, yaitu Mayjen (Inf) Doni Monardo yang saat ini menjabat Panglima XVI/Kodam Patimura, Marsekal Muda (PSK) Theodorus Seto Purnomo yang saat ini menjabat Komandan Korps Paskhas TNI AU, dan Mayor Jenderal (Mar) Bambang Suswantono, Komandan Korps Marinir.  Seto dan Bambang saat ini menjadi orang nomor satu pada kesatuan elite di angkatan masing-masing.  Adapun Doni, sebelum didapuk jadi Pangdam Pattimura terlebih dahulu menjadi Danjen Kopassus setelah sebelumnya menjadi  Danpaspampres. Doni berpeluang besar promosi ke kursi letjen. Entah menggantikan Wakasad Letjen TNI Hinsa Siburian yang yang 28 Oktober nanti pensiun atau pos lain untuk jabatan pati bintang tiga.

Kedua, ada dua lulusan terbaik Akmil alias peraih Adhi Makayasa yang menjadi komandan upacara, yaitu Bambang Trisnohadi dan I Nyoman Cantiasa. Nyoman dan, khususnya Bambang, digadang-gadang sebagai calon pimpinan TNI AD. Bambang saat ini tengah mendidiki pendidikan Lemhanas. Sangat boleh jadi, Bambang adalah orang pertama jebolan Akmil 1993 yang beroleh pangkat brigadir jenderal. Apalagi, Bambang juga pinter. Selain peraih Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama, Bambang pun menjadi lulusan terbaik di Seskoad (2008). Kariernya di militer pun cukup baik.    Jabatan yang pernah disandangnya antara lain Dan Grup A Paspampres, Kasdam VI/Mulawarman, Sespri Wakasad, Dandenwalpri Grup A Paspampres, dan terakhir adalah Koorspri Kasad. Orang sepinter dan rekam jejak mumpuni model Bambang, terlalu sayang bilang pangkat minimal letnan jenderal di masa depan  tidak ada di bahunya.

Ketiga, hanya  ada satu bintang satu dari alumni  komandan upacara penurunan duplikat bendera pusaka di Istana Merdeka, yaitu Nyoman Cantiasa. Sejak awal 2017, Nyoman didapuk jadi Komandan Korem 173/Praja Vira Braja Kodam Cendrawasih setelah selama dua tahun menduduki kursi Komandan Korem 163/Wirasatya Kodam Udayana. Nyoman punya pengalaman segudang di pasukan elite  TNI AD, Kopassus.  Selain pernah jadi Dantim Den 81/Gultor, Waasintel Danjen Kopassus, Komandan Satuan-81 serta Danpusdikpasus, Nyoman adalah peraih karya tulis terbaik Pendidikan Reguler XLI Sesko TNI pada 2014. Mengingat masa bhaktinya yang tujuh tahun lagi di TNI, diperkirakan pangkat mayor jenderal relatif akan dengan mudah dicapainya. Bahkan   pangkat letnan jenderal pun sejatinya amat pas disandangnya pada sekira 4-5 tahun ke depan oleh yang bersangkutan. Entah Pangkostrad, Wakasad, Dansesko TNI, atau Dankodiklatad, atau Sesmenpolhukham.

Keempat, lima perwira mengengah lain mantan komandan upacara penurunan bendera di Istana hingga kini masih berpangkat  kolonel/kombes. Belum ada mutasi yang secara drastis mengangkat posisi kelima pamen ini untuk segera menduduki jabatan denganpangkat brigadir jenderal/laksamana pertama/marsekal pertama. Kombes Suhendri misalnya. Baru saja dimutasi jadi Komandan Korps Pembinaan Taruna dan Siswa (Kakorbintarsis) Direktorat Pembinaan dan Pelatihan Akpol. Kolonel (L) Agoeng saat ini masih menjabat Sekretaris Disdikal. Demikian pun Kolonel  (Pnb) Haris Haryanto saat ini mengikuti pendidikan Defence Strategic Studies Course di  Australia. Yang belum  beranjak naik pangkatnya justru  Kolonel (L) Barkah Suheryanto. Sudah 10 tahun selepas jadi komandan upacara yang bersangkutan masih berpangkat kolonel dengan jabatan dirtektur pendidikan Seskoal. (***)

Editor: DRR