Piala Oscar Kecolongan, Ini Film Yang Harusnya Masuk Nominasi
Credit by: Potongan adegan film Blue is the Warmest Color, Before Midnight, dan Fruitvale Station (Istimewa)

Jakarta, PINews.com - Tidak lama lagi kita akan segera mengetahui film-film apa saja yang berhak dinobatkan menjadi film terbaik di Acacdemy Awards. Namun tidak sedikit para pemerhati dan kritikus film dunia yang menganggap pagelaran piala Oscar tahun ini kecolongan, ada apa?

Nominasi Film Terbaik Academy Awards tahun ini mungkin membuat beberapa penggila film heran.

Di atas kertas, pemberi suara Oscar kelihatannya berhasil meracik daftar nominasi yang sangat beragam. Sembilan film yang dinominasikan untuk film terbaik adalah “12 Years a Slave”, “American Hustle”, “Gravity,”  “Dallas Buyers Club,” “Her,” “Nebraska,” “Philomena,” “Captain Phillips,” dan “The Wolf of Wall Street.” Semuanya adalah film berkualitas, terutama film unggulan “12 Years a Slave” yang mengangkat tema berat, yakni perbudakan di Amerika Serikat.

Akan tetapi, keheranan publik bukanlah soal film apa yang dicalonkan, tapi film apa yang gagal masuk nominasi.

Beberapa film beranggaran kecil telah sukses menelisik kehidupan orang-orang biasa dengan intim dan realistis, tanpa berlebihan. Tiga film seperti itu: “Blue is the Warmest Color”, “Before Midnight”, dan “Fruitvale Station”, diabaikan oleh Academy Awards tahun ini. Dengan kata lain, mengutip sebuah dialog yang terkenal dari film drama “A Few Good Men”, Oscar tidak dapat menerima kebenaran.

Ketiga film ini bisa dibilang unggul karena memiliki satu faktor yang membedakan film berkualitas dari film kebanyakan, seni dari hiburan, dan hal yang benar-benar spesial dari special effect. “Blue is the Warmest Color” mencuri perhatian karena adegan seks lesbiannya—tapi inti film ini adalah tentang cinta. “Fruitvale Station” menceritakan kisah nyata Oscar Grant, remaja Afrika-Amerika yang tewas karena ditembak oleh polisi berkulit putih di Bay Area pada malam Tahun Baru 2009. Tetapi film ini sebagian besar berkisah tentang kehidupan Grant, bukan kematiannya. “Before Midnight” hanya mengikuti satu hari dalam kehidupan pasangan separuh baya—tetapi kenormalan ini justru yang menjadikannya luar biasa, karena penonton dapat melihat cerminan hidup mereka di layar lebar.

Tentunya menilai apakah sebuah film bagus atau buruk itu subjektif. Tetapi publik tampaknya sepakat bahwa tiga film ini termasuk rilisan terbaik pada 2013. “Blue is the Warmest Color” mendapat rating 90% di Rotten Tomatoes, situs review film oleh pengguna. “Fruitvale” mendapat 94%, dan “Before Midnight” mencapai 98%. Raihan skor itu setara dengan rating film beranggaran besar yang dinominasikan dalam Oscar 2014.

Meski berkualitas, ketiganya tidak dicalonkan dalam Film Terbaik. Tak seorang aktor pun dari tiga film itu yang masuk nominasi dalam kategori akting.

Masalah birokrasi dituding berperan dalam hal ini. Tanggal rilis “Blue is the Warmest Color” di negara asalnya, Perancis, di luar tenggat untuk lolos kualifikasi bagi Film Berbahasa Asing Terbaik di Oscar. Tetapi dua aktris utamanya, Adèle Exarchopoulos dan Léa Seydoux, memenuhi syarat untuk nominasi Oscar dan pada akhirnya tidak dipilih.

Faktor tanggal penayangan perdana juga berpengaruh bagi film lain, meski bukan dari sisi birokrasi. “Fruitvale Station” dirilis dengan luas pada Juli 2013 sementara “Before Midnight” dirilis terbatas pada akhir Mei lalu, lebih awal dari nominator kategori Film Terbaik.

Pemilih Oscar rupanya memiliki ingatan pendek. Sangat disayangkan, karena bagi orang yang telah menonton “Blue”, “Fruitvale”, dan “Before Midnight”, ketiga film ini akan sulit dilupakan.

Sumber : The Wallstreet Journal

Editor: Rio Indrawan