Inovasi “Burket” di Tambun Field Hasilkan Penghematan Besar
Credit by: PEP/dok

KARAWANG, PINews.com – Inovasi terus dihasilkan insan PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) sekaligus kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah pengawasan SKK Migas. Inovasi tersebut menunjukkan berkomitmen perusahaan untuk mendukung ketahanan energi nasional melalui kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang menyebar dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua.

Salah satu lapangan (field) yang punya inovasi dalam menjaga level produksi adalah Pertamina EP Asset 3 Tambun Field.

Memiliki wilayah operasi di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Pertamina EP Asset 3 Tambun Field mencatatkan produksi minyak bumi rata-rata sebesar 1.799 barel per hari (BPH) dan gas sebesar 34,88 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) hingga 25 Oktober 2019.

Namun, dalam proses produksi di Tambun Field, isu tingginya impurities gas sangat berdampak pada kualitas gas sales karena adanya kandungan hidrogen sulfida (H2S) yang fluktuatif (43 ppm sampai 120 ppm). Untuk mengatasi masalah ini, Tambun Field menggunakan chemical H2S scavenger melalui kontrak dengan pihak kedua melalui metode injeksi.

“Upaya mengatasi impurities H2S tersebut adalah dengan mencari alternatif bahan yang dapat menghilangkan H2S baik secara adsorber maupun secara reaksi kimia. Dari studi literatur yang dilakukan ditemukan beberapa bahan/material yang dapat bereaksi dengan H2S,” ujar Wisnu Hindadari, Pertamina EP Asset 3 General Manager dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Minggu (27/10).

Menurut Wisnu, pada invensi ini disediakan suatu metode dan alat yang dapat dipergunakan sebagai adsorber H2S dengan memanfaatkan bahan-bahan Besi Oksida (Fe2O3), Kapur (CaCO3), Karbon Aktif, dan Air (H2O) sebagai bahan dasarnya dan akan membentuk camputan “Burket” (Bubur Lengket). Burket inilah yang akan digunakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat mengatasi impurities H2S tersebut.

Selain itu, inovasi yang dilakukan adalah redesain vessel idle (over capacity asset) menjadi multiports spreading scrubber system sebagai media perfect contact antara gas yang mengandung H2S dan slurry (bubur). Desain ini sesuai dengan standar ASME Section VIII, Section IX, dan API 510 dan ASTM D 1072 Standard Test Method for Total Sulfur in Fuel Gasses.

Menurut Wisnu, inovasi ini berpotensi untuk replikasi di lokasi lain yang memiliki permasalahan H2S sejenis, serta berpeluang besar untuk dilakukan paten baik invensi slurry (burket) maupun desain vessel yang unik sebagai kesatuan sistem karena belum ada ditemukan sistem yang sejenis di dunia migas. Sistem ini didesain sehingga sistem operasi produksi di Stasiun Pengumpul (SP) Tambun eksisting tidak terganggu sehingga volume produksi gas yang dialirkan ke konsumen tetap terjaga. “Sistem tersebut merupakan ide dari tim di Tambun Field,” ujarnya.

Dia menjelaskan, Pertamina EP Asset 3 awalnya mencari alternatif solusi masalah kandungan H2S yang tinggi (rata-rata 12,37 ppm) di Tambun Field. Pasalnya, ambang batas yang diperbolehkan untuk perjanjian jual beli dengan konsumen sebesar 8 ppm. Awalnya H2S ditangani dengan sistem injeksi chemical H2S Scavanger sebanyak 250 L/Day yang merupakan consumable cost.

“Tim kami pun melakukan studi literatur bahan-bahan yang dapat mengadsorbsi dan bereaksi secara kimia dengan H2S. Selanjutnya dilakukan riset dan uji coba terhadap bahan-bahan tersebut dan menemukan campuran yang paling efektif sebagai adsorber,” ujarnya.

Menurut Wisnu, vessel adsorber H2S sudah diimplementasikan sejak April 2019 dan berhasil menurunkan ketergantungan Chemical H2S Scavenger dari 250 L/day menjadi 100 L/day. Karena itu, Pertamina EP Asset 3 Tambun Field dapat melakukan penghematan chemical Adsorber dari 250 L/day menjadi 100 L/day atau penghematan sebesar Rp1,42 miliar serta penghematan biaya vessel.

“Kami menggunakan Vessel yang dimodifikasi, bukan menggunakan Vessel yang dibeli sebesar Rp1,275 miliar sehingga secara total penghematan per tahun sekitar Rp2,69 miliar,” ujar Wisnu.

Editor: Dudi Rahman