Astaga, 13 Ribu Limbah Kondom Cemari Semarang Setiap Bulan
Credit by: Ilustrasi

Semarang,PINews.com – Tidak hanya limbah rumah tangga atau industry akantetapi limbah kondom bekas pakai juga menjadi masalah serius di kota besar di Indonesia. Salah satunya adalah di Kabupaten Semarang dimana limbah kondom menjadi masalah baru.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat mencatat sedikitnya ada 13 ribu kondom bekas pakai yang berasal dari tiga kawasan yang mereka sebut sebagai "hotspot", yakni lokalisasi Tegalpanas, lokalisasi Gembol dan Kawasan Wisata Bandungan setiap bulan.

Ketiadaan tempat pembuangan khusus dan pengolahan limbah kondom bekas ini membuat khawatir banyak pihak karena akan mencemari lingkungan dan menimbulkan persoalan sosial.

"Tiga lokasi hotspot seperti GP (Tegal Panas) itu (ada) 3.500 kondom, Bandungan 6.000 dan Gembol kurang lebih sama dengan GP," kata Taufik Kurniawan, dari Divisi Program KPA Kabupaten Semarang, Minggu (13/4).

Menurut Taufik, jumlah tersebut merupakan jumlah kondom yang diditribusikan KPA sebagai bagian aksi pencegahan virus HIV/AIDS dikalangan pekerja seks komersial maupun pelanggan mereka. Pihaknya tidak mendata jumlah kondom yang digunakan secara mandiri oleh para PSK.

"Yang kami sampaikan itu angka serapan setiap bulannya, belum lagi kondom yang mereka adakan secara mandiri. Jika diakumulasi sejak program ini ada sekitar tahun 2009 sampai sekarang jumlahnya mungkin sudah menembus angka 1 juta kondom," jelas Taufiq.

Angka tinggi serapan kondom di lokalisasi bagi KPA maupun pemerintah di satu sisi dapat diartikan positif, dalam konteks penanggulangan HIV/AIDS. Tetapi belakangan muncul persoalan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, termasuk oleh pihak KPA, yakni tidak tersedianya tempat pembuangan khusus. Akibatnya, kondom bekas dibuang sembarangan.

KPA Kabupaten Semarang, kata Taufiq, akan membawa masalah limbah kondom ini menjadi salah satu isu di forum KPA Nasional. Sebab tak hanya mencemari lingkungan, sejumlah lembaga pendidikan di sekitar tiga lokasi tersebut mengaku khawatir perubahan perilaku anak-anak didik mereka, lantaran mereka mudah mendapati kondom bekas pakai yang dibuang sembarangan di banyak tempat.

 

Sumber : National Geographic

Editor: Rio Indrawan