Hutan Tropis Dunia Lenyap Akibat Pertanian Komersial
Credit by: Ternak merumput di hutan tropis dekat Sungai Xingu, Brasil.. (AFP)

Lima, PINews.com - Pertanian komersial menjadi penyebab nyaris separuh pembukaan lahan ilegal hutan tropis sedunia. Menurut penelitian yang dilakukan organisasi nirlaba dari Washington, Forest Trends, sebagian besar komoditas dari sumber bermasalah itu dijual ke pasar internasional.

Dalam kajian, peneliti melacak peran pelaku perkebunan dalam praktik deforestasi ilegal di jajaran hutan tropis. Hutan dalam kajian terbentang mulai dari Peru dan Brasil hingga Malaysia serta Kongo. Waktunya dari tahun 2000 sampai 2012.

Peneliti menemukan 49% pembukaan hutan tropis sedunia dalam periode itu ilegal. Pada masa tersebut, sejumlah perusahaan membuka lahan demi memenuhi minat konsumen global akan komoditas, termasuk kedelai, minyak kelapa sawit, serta daging sapi.

Dari penelitian diketahui, permintaan global untuk komoditas, khususnya di pasar Eropa, Cina, India, Rusia, dan Amerika Serikat (AS), menjadi penyetir kunci pembukaan hutan ilegal. Sekitar 25% penebangan di hutan tropis dalam periode itu berawal dari perusahaan yang secara sengaja menebangi pohon. Nilai ekspor komoditas pertanian dari lahan itu mencapai sekitar $61 miliar per tahun.

“Barisan negara ini gagal menerapkan sekaligus menegakkan hukum mereka,” kata Sam Lawson, penulis utama laporan penelitian. “Dalam beberapa kasus, [kegagalan] disebabkan korupsi. Pada kasus lain akibat minimnya kapasitas.”

Situasi memburuk ketika “negara-negara yang mengimpor komoditas ini tak memedulikan situasi hukum di negara penghasilnya,” papar Lawson.

Hasil penelitian mengungkap bahwa sekitar 30 juta hektare hutan tropis di Brasil ditebangi dari 2000 hingga 2012. Sebanyak 79% penebangan dilakukan untuk tujuan pertanian. Sekitar 30% lahan tersebut digunakan untuk memproduksi bahan ekspor, termasuk daging sapi dan kedelai.

Negara-negara Asia dan Afrika berupaya menangkal deforestasi di masing-masing hutan tropis. Hutan tropis Indonesia misalnya, terpangkas sekitar 15 juta hektare dari 2000 sampai 2012 untuk membuka perkebunan kelapa sawit.

Permintaan global akan minyak kelapa sawit turut menjadi penyebab kunci deforestasi di Malaysia. Di Negeri Jiran, sekitar 5 juta hektare lahan hutan tropis hilang sepanjang periode yang sama. Sebagian besar minyak kelapa sawit dari negara-negara itu akhirnya diekspor.

Sementara itu, produksi kakao menjadi sumber utama deforestasi di negara-negara Afrika Barat, termasuk Ghana dan Pantai Gading.

Menurut penulis kajian, pemerintah AS, Eropa, dan negara konsumen lainnya mesti mempertimbangkan aturan pemblokiran impor. Blokade diterapkan atas komoditas pertanian yang dihasilkan di lahan penebangan ilegal. Pemerintah sejumlah negara sudah mengatur pengurangan impor atas kayu ilegal.

“Perlu ada respons berupa kebijakan,” sahut Lawson. “Saya pikir, perusahaan penyedia barang-barang konsumsi tidak semestinya dibiarkan sendiri mengurus persoalan ini.”

 

Sumber : The Wall Street Journal

Editor: Rio