SKK Migas Lakukan Pendekatan 'One on One' untuk Gairahkan Investasi Migas
Credit by: lili hermawan

Cepu, PINews.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan melakukan pendekatan secara one on one kepada calon investor migas. Pendekatan semacam ini diperlukan untuk mendengarkan dan menangkap keinginan dan harapan investor agar merasa nyaman dan mau menanamkan investasinya di Indonesia.

 Menurut Taslim Z Yunus, Pengawas Internal SKK Migas, salah satu persoalan yang didiskusikan misalnya mengenai pajak dan insentif. Dia berharap dengan pendekatan ini lelang wilayah kerja (WK) migas tahun ini akan diminati investor.  “Pendekatan ini akan kami mulai lakukan mulai pekan depan,” tuturnya, saat bertemu dengan forum editor di Cepu, Jawa Tengah.

Pemerintah secara resmi memulai lelang wilayah kerja (WK) migas 2017 dalam acara Konvensi dan Pameran IPA ke-41 tahun 2017 pada Mei lalu. Sejauh ini, baru ada 12 perusahaan yang mengambil dokumen lelang. Menurut Taslim, dalam situasi harga minyak yang rendah, hanya perusahaan migas yang besar saja yang akan mampu meningkatkan investasinya, terutama pada tahapan eksplorasi. Pada tahapan ini, dana yang digunakan sebagian besar dari dana sendiri, terutama dari laba ditahan. “Tahap eksplorasi sangat mahal dan berisiko sehingga banyak yang tidak di-cover lewat pinjaman,” katanya.

Dia menambahkan, pendekatan secara one on one ini sejalan dengan yang dilakukan Menteri ESDM Ignasius Jonan. Pada akhir Juni, Jonan telah melakukan lawatan ke Houston, Amerika Serikat (AS), untuk bertemu dengan pimpinan Conoco-Phillip, Chevron, dan Exxon. Tiga perusahaan besar  tersebut menyumbang 55% produksi minyak dan 13% produksi gas Indonesia. Selain itu, Menteri bertemu dengan pimpinan Baker Hughes General Electric (BHGE) dan Schlumberger untuk membahas peningkatan kesempatan investasi di Indonesia.

Dalam pertemuan dengan ConocoPhillips, pemerintah menyampaikan agar ConocoPhillips segera mengajukan proposal lengkap jika berminat melanjutkan pengelolaan Blok South jambi, yang akan berakhir 2020.  Dengan Chevron, Jonan membahas rencana produksi lapangan Gendalo-Gehem yang akan mulai pada 2022 dan direncanakan akan diolah di fasilitas pengolahan terapung (Floating Processing Unit/FPU) Jangkrik milik Eni.

Kepada Exxon, Jonan menyarankan untuk meningkatkan produksi lapangan Banyu Urip hingga 300.000 barel per hari, juga agar dapat berpartisipasi di sektor hilir migas.

Yunus mengakui  SKK Migas tengah mendekati sedikitnya 10 investor yang saat ini menjadi pemilik WK untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi. Menurut dia, investasi di sektor migas masih menjanjikan bagi investor karena dengan harga minyak mentah dunia sekitar US$ 50 per barel masih menjanjikan keuntungan. Apalagi, biaya produksi minyak mentah di Indonesia saat ini relatif rendah.

“Rata-rata biaya produksi (cost production) minyak di Tanah Air hanya US$18 per barel, bahkan ada yang lebih rendah seperti lapangan Banyu Urip yang dikelola ExxonMobil yang di bawah US$3 per barel karena masih lapangan primer,” ujar Taslim.

BP Tangguh, kata Taslim,  termasuk kontraktor kontrak kerja sama dengan biaya produksi paling murah saat ini. Hal ini ditopang oleh produksi gas Tangguh di Teluk Bintuni, Papua yang cukup besar. “Biayanya murah dan harga terjangkau. Jadi bisa dikatakan menjadi yang paling efisien saat ini,” katanya.

Erwin Maryoto, Vice President Public & Goverment Affairs ExxonMobil Indonesia, menjelaskan biaya produksi migas lapangan Banyu Urip di bawah US$3 per barel. Dengan memasukkan depresiasi, biaya produksi sekitar US$9 per barel, masih di bawah US$10 per barel dan cukup rendah dibandingkan kontraktor kontrak kerja sama migas lain.

Erwin menyebutkan, efisiensi dalam pengelolaan lapangan Banyu Urup karena Exxon menggunakan teknologi dan manajemen yang baik dalam berproduksi sehingga mampu efisien. Efisiensi itu juga ditopang oleh kebijakan manajemen yang mampu memanfaatkan gas bumi yang juga terdapat dalam sumur di Lapangan Banyu Urip untuk memasok pembangkit listrik ternag agas berkapasitas 4x16 megawatt yang mereka bangun.

“Gas bumi yang terangkat bersama minyak kami jadikan bahan bakar untuk pembangkit dan sisanya diinjeksi lagi ke dalam tanah agar menjaga tekanan minyak dalam tanah tetap stabil dalam berproduksi,” jelas dia.

 

Editor: HAR