Siapa Kabareskrim Pengganti Listyo Sigit?
Credit by: ISTIMEWA

SETELAH melalui proses  uji kelayakan dan kepatutan, Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya menyetujui Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo (LSP) diangkat sebagai Kepala Polri sesuai usulan Presiden Joko Widodo. Setelah direstui DPR, Komjen LSP kabarnya akan dilantik sebagai Kepala Polri oleh Presiden pada Jumat (22/1). LSP akan menggantkan Jendral Idham Azis yang 30 Januari 2021 memasuki masa purnabakti.

Jebolan Akpol 1991 itu sangat beruntung mencapai puncak karier tertinggi  yang diidamkan semua jebolan Akademi  Kepolisian, yaitu menjadi orang nomor satu di lingkungan Tri Brata. Dan Sigit lah akhirnya yang namanya diusulkan  Presiden untuk mendapatkan persetujuan Dewan. Mantan ajudan Jokowi (2014-2016) itu menyisihkan empat perwira tinggi bintang tiga Polri lainnya  yang diusulkan oleh Komisi Kepolisian Nasional:   Wakil Kepala Polri Gatot Edhy  Pramono (Akpol 1988), Kepala Badan Nasional  Penanggulangan Terorisme Komjen Boy Rafli A (Akpol 1988), Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Komjen Arief  Sulistyanto (Akpol 1987), dan  Kepala Badan  Pemelihara Keamanan Polri Komjen Agus Andrianto (Akpol 1989).

Tugas berat menanti LSP di depan mata. Salah satunya adalah dalam mengimplementasikan penegakan hukum. Karena itu, jabatan Kepala Badan Reserse Kriminal  (Bareskrim) Polri jadi pertaruhan. Siapa yang akan menggantikan LSP pada jabatan tersebut? Apakah dia akan memercayakan kepada seniornya, perwira tinggi bintang dua senior dari angkatan  1988, 1989 atau 1991?  Adakah LSP berani menempatkan pati bintang dua dari jebolan Akpol di bawahnya, seperti 1991—seangkatan dengannya—atau 1992? Atau bahkan 1994? Mari kita selisik!

Selain sejumlah  pos yang diisi pati bintang tiga, jabatan  Kepala Bareskrim termasuk paling prestisius selain Kepala Polri.  Mata publik akan langsung tersorot ke badan yang sangat strategis dalam penegakan hukum ini. Betapa tidak? Penanganan perkara  kriminal, baik pidana umum, pidana tertentu, pidana  khusus, maupun pidana siber, ada di badan ini. Karena itu,  sosok  pati bintang dua yang akan ditempatkan di posisi ini tentunya sosok yang sejatinya memiliki  rekam jejak mumpuni di bidang ke-serse-an.  Dan eloknya lagi, yang bersangkutan pernah menjabat direktur atau kepala biro di lingkungan Bareskrim, kendati  pola itu tak juga jadi jaminan seorang Irjen Pol didapuk jadi Kabareskrim. Buktinya, LSP dan  Jenderal Idham Azis (Akpol 1988) jadi Kabareskrim dan tidak  pernah menjadi direktur atau  kepala biro di lingkungan Bareskrim.  Sebelum didapuk jadi Kabareskrim, Idham adalah Kapolda Metro Jaya. Adapun LSP  adalah Kadivpropam Polri, jabatan yang saat ini diemban oleh Irjen Ferdy Sambo (Akpol 1994).

Dengan demikian, ada dua kemungkinan terjadi pada penunjukan Kepala Bareskrim nanti. Pertama, mereka  yang  saat ini menjadi Kepala Polda. Kedua, promosi bagi irjen yang menjabat kepala divisi atau kepala korps di lingkungan Polri.  Adakah kemungkinan Kepala Bareskrim pergeseran dari pati bintang tiga di pos lain Polri, misalnya Baharkam, Irwasum, Kalemdikat, Kepala BNPT, Kepala Baintelkam Polri. Potensi itu sangat terbuka, tapi kecil kemungkinan terealisasi.

Mari kita bedah bila Kabareskrim nanti seorang Kepala Polda. Siapa saja? Akan ada tarik-menarik kepentingan. Tak hanya dari internal Polri dan Istana, juga pihak eksternal. Namun, Kapolda Metro Jaya M Fadhil Imran (Akpol 1991) harus ditempatkan di posisi pertama bakal calon Kapolri.  Kans mantan Kapolda Jatim ditunjuk menggantikan jabatan LSP saat ini sangat terbuka. Kendati kurang dari tiga bulan menggantikan Irjen Nana Sudjana, yang ditarik ke Mabes Polri, kinerja Fadhil sangat boleh jadi sesuai ekspektasi pimpinan Polri saat ini dan juga Istana. Ini menjadi credit point bagi kelahiran Makassar untuk menjadi salah satu kandidat utama Kabareskrim. Apalagi, dia juga pernah menjadi Direktur Tindak Pidana Siber Bareksrim pada 2016 dan Direktur Tindak Pidana tertentu Bareskrim pada 2018 sebelum  promosi jadi Irjen pada 2019 saat ditabalkan sebagai Staf Ahli Sosial Budaya Kapolri.

Di luar Fadhil, sebenarnya ada banyak Kapolda yang juga punya kans sedikit di bawah kelahiran Makassar, 14 Agustus 1968 ini. Mereka antara lain Kapolda Kalimantan Timur Irjen Pol Herry Rudolf Nahak. Lulusan terbaik Akpol 1990 kelahiran 13 Agustus 1968 ini pernah menjadi Asisten Operasi Kapolri, Kapolda Papua Barat, dan Direktur Tindak Pidana  Umum pada 2017. Mantan Direskrimum Polda Metro Jaya ini juga ahli dalam penanganan terorisme.  (Bila pun tak jadi Kabareskrim, Herry sangat  potensial untuk promosi jadi bintang tiga dengan menjabat Kepala BNPT atau Kepala Baintelkam Polri di masa kemudian).

Kapolda lainnya yang potensi jadi pesaing Fadhil adalah Irjen Akhmad Dhofiri. Lulusan terbaik Akpol 1989 itu saat ini  menjabat Kapolda Jabar. Kelahiran Indramayu, 4 Juni 1967 ini sebelumnya adalah Asisten  Logistik Kapolri setelah selama tiga tahun menjabat Kepala Polda DIY dan sempat menjadi Kapolda Banten selama enam bulan, April-Oktober 2016.  Sekiranya tidak jadi Kabareskrim, Dhofiri sangat besar bakal  beroleh pangkat pati bintang tiga pada masa kemudian. Pos yang tempat bagi yang bersangkutan adalah Kepala Lemdiklat Polri.

Kapolda berikutnya  yang berpotensi  jadi pesaing serius Fadhil adalah Irjen Nico Afinta Karo-Karo (Akpol 1992). Kapolda Jatim yang lahir di Surabaya 30 April 1971 ini dua kali menjadi Kapolda. Sebelumnya, mantan Staf Ahli Sospol Kapolri itu menjabat Kapolda Kalsel. Sama seperti Fadhil dan Herry Nahak, Nico pernah bertugas di Bareskrim pada 2018-2019 saat menjabat Kepala Biro Binsopsnal dan Direktur Tindak Pidana Umum.

Di luar  empat kapolda tersebut, ada juga dua Kapolda yang disebut oleh sumber kami berpotensi untuk ikut bertarung dalam perebutan kursi Kepala Bareskrim.  Keduanya  adalah jebolah  Akpol 1988. Pertama, Kapolda Riau Irjen Agung Setya Iman Effendi. Agung berpengalaman di Bareskrim karena pada 2016 pernah menjabat Direktur Tindak Pidana Khusus sebelum dua tahun kemudian promosi jadi Irjen Pol saat dipercaya menjadi Deputi  Intelijen Siber BIN. Berikutnya adalah Irjen Purwadi Arianto. Sama seperti Agung, Purwadi   pun pernah bertugas di Bareskrim dengan posisi Direktur Tindak Pidana tertentu pada 2016. Selepas itu promosi jadi Wakapolda Metro Jaya sebelum pada 2018 ditabalkan jadi Kapolda Lampung.  Purwadi juga salah satu pati Polri yang piawai di bidang serse.

Di luar nama-nama tersebut, sejatinya ada Kapolda  yang dari rekam jejak jabatan  sebenarnya sangat potensial untuk jadi Kabareskrim, yaitu Kapolda Sumatera Utara Irjen Martuani Sormin. Sayang jebolan Akpol 1987 ini bakal pensiun 30 Mei mendatang.  Padahal  rekam jejaknya juga bagus. Sebelum menjabat Kapolda Sumut, Martuani adalah  Asisten Operasi Kapolri. Sebelum itu dia menjabat Kapolda Papua, Kepala Divisi Propam propam Polri, dan Kapolda Papua Barat. Pangkat brigjen didapat saat menjabat Karopaminal Divpropam Polri.

Bagaimana dengan Irjen Wahyu Widada, jebolan terbaik Akpol 1991? Potensi ikut dalam perburuan jabatan Kabareskrim saat ini sangat kecil kemungkinan. Wahyu adalah tipikal  jenderal pemikir. Jabatan Kepala Lemdiklat  sejatinya pas bagi yang bersangkutan di masa kemudian.

Bagaimana halnya dengan para pati bintang dua  jebolan Akpol generasi penerus LSP? Wakabareskri saat ini, Irjen Wahyu Hadiningrat (Akpol 1992), potensial untuk promosi. Kuat dugaan, mantan Wakapolda Metro Jaya ini promosi jadi  salah satu Kapolda di Pulau Jawa. Adapun rising star Akpol 1994, Irjen Ferdy Sambo dan Irjen Suwondo Nainggolan, kemungkinan bakal jadi calon pati bintang tiga di masa kemudian untuk pos yang membutuhkan keahlian mereka. Sangat boleh jadi, Fery dan  Suwondo adalah bakal kandidat Kepala Polda di salah Polda di Indonesia Tengah ataupun Timur. Waallahuaam.  (DRR)

 

 

 

Editor: rahman