Nestle Indonesia Bekerja Sama Dengan Trisakti Adakan Kuliah Umum Tentang CSR
Credit by: Sesi kuliah umum bersama John Elkington (portalindonesianews.com)

Jakarta, PINews.com - Program MM CSR Universitas Trisakti bekerja sama dengan Nestle Indonesia menggelar kuliah umum dengan tema The New Normal: The Role of Business in Creating Value towards Sustainability yang menghadirkan tokoh terkemuka di bidang CSR John Elkington di Auditorium Kampus B Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Jl. Kyai Tapa, Jakarta, pada (19/2).

Elkington adalah tokoh terkemuka dunia di bidang tanggung jawab perusahaan dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan co founder/non executive chairman of SustainAbility.

John Elkington dikenal telah melahirkan buku-buku yang telah menjadi rujukan para akademisi, pakar dan pengamat tanggungjawab perusahaan dan pembangunan berkelanjutan di berbagai negara.

Sebanyak 19 buku telah iatulis dan selalu mampu menarik jutaan pembaca. Diantaranya adalah Green Consumer Guide yangdiluncurkan pada 1988. Buku lainnya berjudul Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21stCentury Business, sebuah buku yang diluncurkan pada 1997 dan kemudian dikenal sebagai bukuyang memperkenalkan konsep triple bottom line. Pada 2008 ia menerbitkan The Power ofUnreasonable People: How Social Entrepreneurs Create Markets that Change the World, sebuah buku yang menyoroti peran penting wirausaha sosial dalam perekonomian masa kini. Tak mengherankan jika kuliah umum di pagi itu dipadati hingga 200-an orang yang ingin mendengarkan paparannya.

Elkington menjelaskan, kurangnya kemauan politik pemerintah menjadi penghalang utama pembangunan berkelanjutan. Sejumlah faktor lainnya juga ikut menjadi penghalang, seperti adanya kepentingan pribadi serta kompleksitas masalah, solusi dan tanggung jawab. Selain itu kegagalan pasar untuk mengenali risiko di masa depan dan kesalahan sasaran pemberian insentif keuangan, kendala dan kesenjangan peraturan serta buruknya kinerja ekonomi ikut berperan menghambat pembangunan berkelanjutan.

Hal lain yang juga menjadi penghalang bagi pembangunan berkelanjutan adalah rendahnya pengetahuan, kurangnya tindakan dari sektor swasta, serta keterbatasan akibat kesepakatan dagang dan internasional serta teknologi yang tidak tepat.

Pada intinya, hambatan terhadap pembangunan berkelanjutan berawal dari kurangnya kapasitas pemerintah untuk menangani berbagai masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Karena itu perusahaan seharusnya memiliki tanggung jawab kepada masyarakat untuk ikut pula menangani masalah-masalah tersebut.

Sementara itu, Executive Director CECT/Founding Director MM-CSR Universitas Trisakti Maria R Nindita Radyati PhD, wirausaha sosial (social entrepreneur) juga perlu didukung untuk mendorong munculnya inovasi sosial, atas dasar itulah Universitas Trisakti mendirikan Program Magister Manajemen Community Entrepreneurship (MM-CE), setelah beberapa tahun sebelumnya mendirikan Magister Manajemen Corporate Social Responsibility (MM-CSR).

Pada intinya, Program MM-CE ini berupaya mempertemukan perusahaan dengan para wirausaha sosial untuk menyelesaikan masalah sosial, ekonomi dan lingkungan di masyarakat.

Para wirausaha sosial umumnya mempunyai modal sosial (social capital) tetapi tidak memiliki modal intelektual (intelectual capital) dan modal finansial (financial capital). Sementara perusahaan mempunyai modal finansial, sedangkan universitas mempunyai modal intelektual.

“Oleh karena itu ketiga sektor ini harus bertemu untuk menciptakan social innovation,” tegas Maria.

Editor: Rio Indrawan